Senin, 07 Juli 2014

POKOKNYA CERITA - MENULIS

Halooo.. 
kali ini saya mau ngepost ceita yg dengan isengnya saya tulis'-'
mau baca? silahkan saja.. ini jelek menurut saya.. karena saya tak pandai menulis. hanya mencoba saja. jadi harap maklum.
dan kalau jelek bilang di komen di bawah tuh ada kolomnya.. tinggal tulis disitu, jangan nggrundel di belakang saya.. itu tak elok kawanku
baiklah.. 
cekidott..

MY DREAMS – BELIEFS IN YOU
            Aina Talita Zahran, seorang gadis cantik dengan mata bulat yang berkilau itu tengah duduk di taman dekat danau. Ia disibukkan dengan membolak-balikan buku di tangannya. Rambutnya yang tergerai panjang menambah kesan feminimnya. Seorang anak lelaki menatapnya dari kejauhan. Anak itu berjalan mengendap ke arah dimana Aina berada. Lalu, mengangkat tangannya dan menepukkan ke pundak Aina. Sontak, Aina terkejut dan berdiri. Membalikkan badannya untuk melihat siapa yang baru saja menepuk pundaknya. Bola matanya semakin bulat dan indah saja saat ia sedang terkejut.
            “Rijal?!” Aina membentuk bibirnya mirip bebek. “Ngagetin aja cih! Gak liat apa orang lagi cibuk gini?”
“Maap dong, kan atu juga gak cengaja. Maap deh.” Ujarnya seraya menarik tangan Aina. “Emangnya tamu ladi baca apa cih?” lanjut Rijal, mencoba melihat buku yang dibawa Aina.
“Atu lagi baca butu tentang dunia!” jawab Aina dengan semangat ’45. Aina memang sangat menggemari hal ini. Mengenali apa yang terjadi di dunia. Meski ia belum begitu lancar membaca.
“Waahh... atu mau liat juga dong.”
“Boleh.”
Aina memutar badannya dan segera duduk di bangku taman. Rijal melangkahkan kakinya dan duduk di samping Aina. Lembar demi lembar dari buku bergambar itu mereka baca bersama. Angin semilir sore itu membuat kesan kedamaian. Pohon – pohon tumbuh dengan rindang. Memberi kehangatan di sore yang agak dingin itu.
Kini satu lembar penuh, bergambar alam dengan warna langit biru tua juga cahaya biru muda terlukis di atas langit telah terpampang. Aina tercengang menatap ini.
“Rijal, nanti talau atu tudah betar, atu mau pergi ke cini ah!” ucap Aina memecah keheningan sore itu, sambil menunjuk ke lukisan di lembar bukunya.
“Ke mana itu Aina?”
“Ke K-A-N-A-D-A. Kanada!” Aina tersenyum senang.
***
Kini di pagi ini Rijal yang tengah duduk di bangku taman dekat danau. Ia sedang menunggu Aina. Mereka berdua telah ada janji untuk bertemu di sini. Rijal menatap danau dengan mata sembab. Ia menatap danau dan benda yang sedang dibawanya bergantian.
Aina si gadis kecil itu berjalan perlahan dengan rok selututnya yang membuatnya semakin cantik. Ia sudah terbiasa berjalan sendiri kemanapun semenjak orang tuanya sering pergi ke luar kota untuk bekerja. Sahabat satu – satunya telah menunggunya di taman pagi ini. Aina sudah melihat sahabatnya duduk di bangku taman dekat danau. Dan Aina segera menghampiri sahabatnya.
“Rijal. Ada apa kog tamu minta tetemu di tini?” tanya Aina.
“Atu tuman mau pamitan aja. Atu mau itut mamatu ke Aprika Celatan.” Rijal menampakkan raut wajah sedihnya.
“Kenapa?”
“Karena atu tinta mamatu. Atu nggak mau jauh dari mamatu.”
“Teyus, atu di tini tama capa?”
“Maap ya Aina. Atu pengen banget bica ajak Aina. Tapi, mama nggak ngijinin. Ini, atu punya tetuatu buat tamu, ini kenang – kenangan dari atu buat tamu. Tamu timpan dan pakai kalung ini ya.. Kalungnya tembaran tama atu.” Rijal memberikan kalung ditangannya pada Aina.
“Iya deh. Tapi jangan lama – lama yaa.. Atu tayang tamu Rijal.” Aina mulai meneteskan air matanya sambil memegang erat kalung ditangannya.
“Jangan nangis dong Aina. Atu juga tayang kamu kog Aina.”
Rijal merangkulkan tangannya ke punggung Aina. Ini sedikit membuat rasa tenang di antara mereka. Berpelukan seperti teletabies seperti ini sedikit memberi rasa percaya antara mereka.

***


Penasaran dan mau tahu gak kelanjutan dari cerita yg telah kau baca barusan? oke, tunggu kelanjutan ceritanya ya,.. kapan-kapan bakal saya post. oke?
bye! ditunggu kritik dan sarannya.;))

~ini udah dipost kelanjutannya open this link baby-> http://adistiawulandari.blogspot.com/2014/07/pokoknya-cerita-menulis2.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar