Kerajaan Aceh
Kesultanan Aceh
merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kerajaan ini
berdiri pasca keruntuhan Kerajaan Samudra Pasai karena ditundukkan oleh
Kerajaan Majapahit pada tahun 1360. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota
Kutaraja. Secara geografis letak kesultanan Aceh sangat strategis yaitu di
Pulau Sumatera bagian utara dan dekat dengan jalur pelayaran perdagangan
internasional pada masa itu, yaitu di sekitar Selat Malaka.
Sultan pertama yang
memerintah dan sekaligus pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah
(1514-1528 M).
Faktor – faktor yang
mendukung kerajaan aceh tumbuh dengan cepat menjadi kerajaan besar :
1) Letak
Ibu kota Aceh yang sangat strategis.
2) Pelabuhan
Aceh ( Olele ) memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan dagang.
3) Daerah
Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor yang penting.
4) Jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang singgah ke
Aceh.
Kerajaan Aceh mencapai
masa keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636).
Raja – raja yang pernah memerintah di Kerajaan Aceh :
1. Sultan Ali Mughayat Syah
1. Sultan Ali Mughayat Syah
Adalah raja kerajaan Aceh yang pertama. Ia memerintah tahun 1514 – 1528 M.
Di bawah kekuasaannya, Kerjaan Aceh melakukn perluasan ke beberapa daerah yang
berada di daerah Daya dan Pasai. Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan
bangsa Portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.
2. 2. Sultan Salahuddin
Setelah Sultan Ali Mughayat Wafat, pemeintahan beralih kepada putranya yg
bergelar Sultan Salahuddin. Ia memerintah tahun 1528 – 1537 M, selama menduduki
tahta kerajaan ia tidak memperdulikan pemerintahaan kerajaannya. Keadaan
kerajaan mulai goyah dan mengalami kemerosostan yg tajam. Oelh karena itu,
Sultan Salahuddin digantiakan saudaranya yg bernama Alauddin Riayat Syah
al-Kahar.
3. 3. Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar
Ia memerintah Aceh dari tahun 1537 – 1568 M. Ia melakukan berbagai bentuk
perubahan dan perbaikan dalam segala bentuk pemeintahan Kerajaan Aceh.
Pada masa pemeintahannya, Kerajaan Aceh melakukan perluasaan wilayah
kekuasaannya seperti melakukan serangan terhadap Kerajaan Malaka ( tetapi
gagal ). Daerah Kerajaan Aru berhasil diduduki. Pada masa pemerintahaannya,
kerajaan Aceh mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan
sering terjadi.
4. 4. Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607 – 16 36 M. Di
bawah pemerintahannya, Kerjaan Aceh mengalami kejayaan. Kerajaan Aceh tumbuh
menjadi kerjaan besar adn berkuasa atas perdagangan Islam, bahakn menjadi
bandar transito yg dapat menghubungkan dgn pedagang Islam di dunia barat.
Untuk mencapai kebesaran Kerajaan Ace, Sultan Iskandar Muda meneruskan
perjuangan Aceh dgn menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung
Malaya. Tujuannya adalah menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan
menguasai daerah – daerah penghasil lada. Sultan Iskandar Muda juga menolak
permintaan Inggris dan Belanda untuk membeli lada di pesisir Sumatera bagian
barat. Selain itu, kerajaan Aceh melakukan pendudukan terhadap daerah – daerah
seperti Aru, pahang, Kedah, Perlak, dan Indragiri, sehingga di bawah
pemerintahannya Kerajaan aceh memiliki wilayah yang sangat luas.
Pada masa kekeuasaannya, terdapat 2 orang ahli tasawwuf yg terkenal di Ace,
yaitu Syech Syamsuddin bin Abdullah as-Samatrani dan Syech Ibrahim as-Syamsi.
Setelah Sultam iskandar Muda wafat tahta Kerajaan Aceh digantikan oleh
menantunya, Sultan Iskandar Thani.
5. 5. Sultan Iskandar Thani.
Ia memerinatah Aceh tahun 1636 – 1641 M. Dalam menjalankan pemerintahan, ia
melanjutkan tradisi kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya,
muncul seorang ulama besar yg bernama Nuruddin ar-Raniri. Ia menulis buku
sejarah Aceh berjudul Bustanu’ssalatin. Sebagai ulama besar, Nuruddin
ar-Raniri sangat di hormati oleh Sultan Iskandar Thani dan keluarganya serta
oleh rakyat Aceh. Setelah Sultan Iskandar Thani wafat, tahta kerjaan di pegang
oleh permaisurinya ( putri Sultan Iskandar Thani ) dgn gelar Putri Sri Alam
Permaisuri ( 1641-1675 M ).
Corak pemerintahan di
Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan,
disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama,
disebut golongan tengku atau teungku.
Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh
* - Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1030, tidak ada raja – raja besar yang
mampu mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas. Di bawah Sultan Iskandar
Thani ( 1637 – 1641 ), sebagai pengganti Sultan Iskandar Muda, kemunduran itu
mulai terasa & terlebih lagi setelah meninggalnya Sultan Iskandar Thani.
* - Timbulnya pertikaian yang terus menerus
di Aceh antara golongan bangsawan ( teuku ) dgn golongan utama ( teungku ) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh. Antara golongan ulama sendiri
prtikaian terjadi karena perbedaan aliran dalam agama ( aliran Syi’ah dan Sunnah
wal Jama’ah )
* - Daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang,
Perlak, Minangkabau, dan Siak. Negara – negara itu menjadikan daerahnya sebagai negara merdeka kembali, kadang – kadang di bantu bangsa asing yang
menginginkan keuntungan perdagangan yang lebuh besar.
Kerajaan Mataram
Islam
Kesultanan Mataram
adalah kerajaan Islam
di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan Mataram berkembang
dari sebuah kadipaten yang saat itu di bawah kekuasaan Pajang. Wilayah Kerajaan
Mataram di daerah Jawa Barat selatan (pinggir Kota Jogjakarta sekarang).
Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.
Kerajaan Mataram Islam
didirikan oleh Ki Ageng Pemanahan dengan membuka alas mentaok sebagai hadiah
dari Sultan Hadiwijaya, raja Pajang. Kemudian Sutawijaya menjadi raja Mataram
pertama dengan gelar Panembahan Senapati (1586 – 1601). Kotagedhe sebagai
ibukotanya.
Tindakan-tindakannya yang penting,
antara lain sebagai berikut:
1)
Meletakkan dasar-dasar Kerajaan Mataram;
2)
Memperluas wilayah kekuasaan dengan menundukkan
Surabaya, Madiun, dan Ponorogo ke timur dan ke barat berhasil menundukkan
Cirebon dan Galuh.
Pengganti Panembahan Senopati ialah
Mas Jolang gugur di daerah Krapyak sehingga disebut Panembahan Seda Krapyak.
Raja terbesar Kerajaan Mataram ialah Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung
Hanyokrokusumo (1613–1645).Sultan Agung bercita-cita mempersatukan seluruh Jawa
di bawah kekuasaan Mataram dan mengusir Kompeni (VOC) dari Batavia.
Masa pemerintahan Sultan Agung yang
selama 32 tahun dibedakan atas dua periode, yaitu masa Penyatuan Kerajaan dan
masa Pembangunan. Masa Penyatuan Kerajaan (1613–1629) merupakan masa peperangan
untuk mewujudkan cita-cita menyatukan seluruh Jawa. Sultan Agung menundukkan
Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan, dan Tuban. Selanjutnya, menundukkan Lasem,
Pamekasan, dan Sumenep, bahkan juga Sukadana di Kalimantan. Dengan demikian,
seluruh Jawa telah takluk di bawah Mataram bahkan sampai ke luar Jawa, yakni
Palembang, Sukadana, dan Goa.
Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan
Cirebon berhasil dikuasai, Sultan Agung merencanakan untuk menyerang Batavia.
Serangan pertama dilancarkan pada bulan Agustus 1628 di bawah pimpinan Bupati
Baurekso dari Kendal dan Bupati Ukur dari Sumedang. Batavia dikepung dari darat
dan laut selama dua bulan, namun tidak mau menyera,h bahkan sebaliknya tentara
Mataram dipukul mundur.
Dipersiapkan serangan yang kedua
lebih matang dengan membuat pusat-pusat perbekalan makanan di Tegal, Cirebon,
dan Krawang. Serangan kedua dilancarkan bulan September 1629 di bawah pimpinan
Bupati Sura Agul-Agul, Mandurarejo, dan Uposonto. Namun, VOC telah mengetahui
lebih dahulu rencana tersebut. Hal itu dibuktikan dengan tindakan VOC membakar
dan memusnahkan gudang-gudang perbekalan. Serangan kedua Mataram ke Batavia
mengalami kegagalan karena kurangnya perbekalan makanan, kalah persenjataan,
jarak Mataram–Jakarta sangat jauh, dan tentara Mataram terjangkit wabah
penyakit.
Setelah Sultan Agung meninggal, takhta
kerajaan digantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Amangkurat I
(1645–1677). Berbeda dengan ayahnya, raja ini tidak bijaksana dan cenderung
kejam dan kurang memperhatikan kepentingan rakyat. Banyak rakyat dan kaum
bangsawan tidak menyukainya.
Pengganti Amangkurat I
adalah putra mahkota yang bergelar Sultan Amangkurat II (1677–1703). Pada tahun
1703, Amangkurat II wafat, digantikan oleh putranya Sunan Mas dengan gelar
Sultan Amangkurat III yang anti kepada Belanda.
Raja-raja yang memerintah :
1. Panembahan Senopati
2. Sultan Anyakrawati
3. Sultan Agung Hanyakrakusuma
– Zaman keemasan
– Kebijakan Sultan Agung :
– Zaman keemasan
– Kebijakan Sultan Agung :
a) Menyatukan seluruh P.Jawa kecuali :
Banten, Cirebon, Mataram
b) Mengusir VOC 2x, namun gagal
c) membuat kalender Jawa
d) memadukan unsur Islam dengan budaya Jawa
e) meningkatkan kesejahteraan rakyat
melalui pertanian
f) menulis kitab Sastra Gendhing
g) wilayah kerajaan dibagi menjadi
Kutagara, Negara Agung, Mancanegara, daerah Pesisiran
4. Amangkurat
I
Pengaruh Belanda mulai masuk dan
berkembang di Kerajaan Mataram.
Th. 1755 Perjanjian Gianti
Th, 1757 Perjanjian Salatiga
Pengaruh Belanda mulai masuk dan
berkembang di Kerajaan Mataram.
Th. 1755 Perjanjian Gianti
Th, 1757 Perjanjian Salatiga
Penyebab runtuhnya
Kerajaan Mataram Islam:
- Amangkurat I
(1645-1676) Pemerintahannya yang diwarnai dengan
banyak pembunuhan/kekejaman. Ibukota kerajaan Mataram dipindahkan ke
Kerta.
- Terjadinya
perang saudara atau dikenal dengan sebutan PerangPerebutan Mahkota I
(1704-1708). Akhirnya Amangkurat III menyerah dan ia dibuang keSailan oleh VOC.
- Pada masa Amangkurat
IV (1719-1727) atau dikenal dengan sebutan Sunan Prabu, dipenuhi dengan pemberontakan para bangsawan
yang menentangnya, dan seperti biasa VOC turut andil pada konflik ini,
sehinggga konflik membesar dan terjadilah Perang Perebutan MahkotaII
(1719-1723). VOC berpihak pada Sunan Prabu sehingga para pemberontak berhasil ditaklukkan
dan dibuang VOC ke Sri Langka dan Afrika Selatan.
- Sunan Prabu
meninggal tahun 1727 dan diganti oleh Paku Buwana II (1727-1749). Pada masa
pemerintahannya terjadi pemberontakan China terhadap VOC.
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di
Pulau Jawa. Sebelumnya kerajaan Demak merupakan keadipatian vazal dari kerajaan
Majapahit. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500 hingga tahun
1550. Raden patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang telah mendapatkan
pengukuhan dari Prabu Brawijaya yang secara resmi menetap di Demak dan mengganti
nama Demak menjadi Bintara.
Pada masa sebelumnya
Kerajaan Demak bernama Bintaro yang merupakan daerah Vasal atau bawahan
Kerajaan Majapahit. De Graaf dan Pigeud (1989) dalam uraiannya menjelaskan bahwa
Demak pada zaman dahulu terletak di pantai selat yang memisahkan pegunungan
Muria dari Jawa. Selat yang cukup lebar dan dapat dilayari kapal-kapal dagang
inilah yang memungkinkan Demak akhirnya menjadi satu pelabuhan yang terkenal.
Lapisan-lapisan sosial yang terdapat di Demak dapat
dikelompokkan kedalam 3 tingkatan, yaitu:
1. Lapisan
Atas. Kelompok masyarakat yang paling terpandang karena status atau tingkat
kehidupan ekonominya yang tinggi adalah
1) Raja
dan keluarganya,
2) Pejabat
tinggi kerajaan dan
3) Para
ulama besar/syekh.
Dalam
kisah-kisah tradisi disebutkan bahwa kerajaan Demak dikenal memiliki 5 imam,
yaitu
1) Pangeran
(Sunan) Bonang;
2) Makdum
Sampang;
3) Kiai
Gedeng Pambayun ing Langgar;
4) Penghulu
Rahmatullah dari Undung; dan
5) Pangeran
Kudus atau Pandita Rabani.
2. Lapisan
Tengah. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
1) Para
imam dan santri;
2) Para
prajurit atau tentara;
3) Para
pedagang menengah;
4) Para
penjaga masjiddan makam suci; dan
5) Para
penulis kronik.
3. Lapisan
Bawah. Termasuk ke dalam lapisan ini adalah
1) Para
petani dan nelayan;
2) Para
tukang dan pengrajin;
3) Para
pedagangkecil; dan
4) Para
seniman.
Raja – raja Demak
mendapat penyebutan gelar Sultan.
Faktor-faktor pendorong kemajuannya
adalah sebagai berikut:
1.
Letaknya strategis di daerah pantai, sehingga terbuka
hubungan dengn dunia luar.
2.
Pelabuhan Bergota di Semarang merupakan pelabuhan
ekspor-impor yang penting bagi Demak.
3.
Memiliki sungai sebagai penghubung daerah pedalaman,
sehingga membantu pengangkutan hasil pertanian beras sebagai komoditas ekspor
utama.
4.
Runtuhnya Majapahit oleh Demak membuatnya berkembang
pesat.
Beberapa Raja yang
memerintah Kerajaan Demak:
1. Raden Patah
(1478 - 1518)
Raden Patah adalah pendiri dan raja pertama di Demak. Pada masa
pemerintahannya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan bantuan para
wali, Demak diperluas hingga meliputi Jepara, Pati, Rembang, Semarang,
kepulauan di selat Karimata dan beberapa daerah di Kalimantan. Kerajaan ini
menguasai beberapa pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan
Gresik.
Perannya dalam penyebaran agama Islam sangatlah besar. Dengan bantuan
Sembilan Wali (Wali Songo), Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa
dan wilayah Nusantara bagian timur. Oleh para wali, di Demak didirikan Masjid Agung
Demak yang masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Raden Patah wafat tahun 1518 M, kemudian digantikan oleh putra
Mahkotanya Raden Pati Unus.
2. Pati Unus (
1518 - 1521 M )
Pati Unus berkuasa tahun 1518 M sampai tahun 1521 M. Karena jasanya
memimpin armada Demak dalam penyerangan ke Malaka, Pati Unus mendapatkan
sebutan "Pangeran Sabrang Lor".
Pemerintahan Pangeran Sabrang Lor tidak berlangsung lama, karena setelah 3
tahun memerintah beliau sakit dan wafat tahun 1521 M. Pati Unus meninggal tanpa
menurunkan anak. Sebagai penggantinya adalah adiknya yang bernama Raden
Trenggono yang kemudian bergelar Sultan Trenggono.
3. Sultan
Trenggono ( 1521 - 1546 )
Sultan Trenggono adalah adik Pati Unus dan putra ketiga Raden Patah. Di
bawah pemerintahannya wilayah Demak bertambah luas. Tahun 1522, armada laut
Demak di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) mengadakan penyerangan dimulai
dari Banten, Sunda Kelapa, kemudian ke Cirebon. Ketiga daerah ini semula berada
di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Pada saat itu juga Portugis bekerja sama
dengan Pajajaran untuk menguasai Sunda Kelapa.
Pada tahun 1527 M, Demak berhasil merebut Sunda Kelapa dari tangan
Portugis. Fatahillah menggantikan nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Saat
pemindahan nama ini ditetapkan sebagai berdirinya kota DKI Jakarta.
Sultan
Trenggono wafat pada tahun 1546 M.
Sepeninggal
Sultan Trenggono, di Demak terjadi perebutan kekuasaan antara putra sulung
Sultan Trenggono yang bernama Sunan Prawoto dengan Pangeran Sekar, kakak Sultan
Trenggono. Pangeran Sekar kalah dan meninggal, Kemudian, Sunan Prawoto menjadi
raja Demak.
Sunan
Prawoto tidak lama menjadi raja di Demak, terjadi pemberontakan oleh Arya
Penangsang anak Pangeran Sekar. Dalam peperangan itu, Sunan Prawoto gugur. Arya
Penangsang mendapat perlawanan dari menantu Sultan Trenggono yang bernama
Pangeran Hadiri (Sultan Kalinyamat), tetapi tidak berhasil. Pangeran Hadiri
meninggal oleh Arya Penangsang..
Perlawanan
dilanjutkan oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang berasal dari
Tingkir Salatiga. Dengan siasat yang diajarkan Ki Ageng Pemanahan.
Pemberontakan Arya Penangsang (Adipati Jipang) dapat dipadamkan.
Siasat
tersebut antara lain dengan menampilkan Sutawijaya, anak Ki Ageng Pemanahan
yang baru berusia 16 tahun dijadikan sebagai Panglima perang. Akibatnya, Arya
Penangsang tidak tega membunuh, tetapi justru sebaliknya Arya Penangsang
terbunuh o;eh Sutawijaya.
Berkat
jasanya mengalahkan Arya Penangsang, Ki Ageng Pemanahan mendapat hadiah wilayah
di daerah Mataram yaitu Kota Gede dan sekitarnya. Sutawijaya dijadikan anak
angkat Joko Tingkir. Setelah menjadi raja, Joko Tingkir memindahkan pusat
pemerintahan Demak ke Pajang. Beberapa alasan Joko Tingkir memindahkan pusat
kerajaan ke Pajang adalah:
1.
Kerajaan Demak mengalami kehancuran
total akibat perang saudara yang berlarut-larut.
2.
Mendekati daerah pertanian yang
subur yaitu di sekitar Surakarta dan Klaten.
3.
Menjauhi musuh-musuh politiknya yang
ada di sekitar Demak.
4.
Mendekati daerah pendukungnya yaitu
di sekitar Tingkir dan Pajang.
Beberapa peninggalan
Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
·
Masjid Agung Demak yang di bangun oleh
Wali songo pada tahun 1478.
·
Piring Campa merupakan pemberian Ibu
Raden Patah yang bernama Putri Campa .
·
Pintu Bledeg / Pintu Petir dibuat oleh
Ki Ageng selo .
·
Saka Tatal merupakan saka ( tiang )
Utama Masjid Demak di buat oleh Wali Songo . Tiang buatan sunan Kalijaga
tersebut di buat dari tatal yang diikat dengan rumput rawadan . Tiang ini
mengandung pelajaran persatuan .
·
Bedug dan kentongan . Bedug ini karya
wali Songo berfungsi sebagai tanda umat Islam menjalankan salat lima waktu .
·
Dampar Kencana digunakan untuk tempat
duduk para sultan dan sekarang di gunakan untuk mimbar khutbah .
Saka Tatal |