Senin, 23 Desember 2013

IPS Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Aceh, Kerajaan Mataram Islam, dan Kerajaan Demak.

Kerajaan Aceh



Kesultanan Aceh merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kerajaan ini berdiri pasca keruntuhan Kerajaan Samudra Pasai karena ditundukkan oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1360. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja. Secara geografis letak kesultanan Aceh sangat strategis yaitu di Pulau Sumatera bagian utara dan dekat dengan jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu, yaitu di sekitar Selat Malaka. 

Sultan pertama yang memerintah dan sekaligus pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528 M).
 
Faktor – faktor yang mendukung kerajaan aceh tumbuh dengan cepat menjadi kerajaan besar :
1)     Letak Ibu kota Aceh yang sangat strategis.
2)     Pelabuhan Aceh ( Olele ) memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan dagang.
3)     Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor yang penting.
4)     Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang singgah ke Aceh.

Kerajaan Aceh mencapai masa keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636). 
Raja – raja yang pernah memerintah di Kerajaan Aceh :

      1.  Sultan Ali Mughayat Syah
           Adalah raja kerajaan Aceh yang pertama. Ia memerintah tahun 1514 – 1528 M. Di bawah kekuasaannya, Kerjaan Aceh melakukn perluasan ke beberapa daerah yang berada di daerah Daya dan Pasai. Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan bangsa Portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.

2.         2. Sultan Salahuddin
           Setelah Sultan Ali Mughayat Wafat, pemeintahan beralih kepada putranya yg bergelar Sultan Salahuddin. Ia memerintah tahun 1528 – 1537 M, selama menduduki tahta kerajaan ia tidak memperdulikan pemerintahaan kerajaannya. Keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami kemerosostan yg tajam. Oelh karena itu, Sultan Salahuddin digantiakan saudaranya yg bernama Alauddin Riayat Syah al-Kahar.

3.         3. Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar
           Ia memerintah Aceh dari tahun 1537 – 1568 M. Ia melakukan berbagai bentuk perubahan dan perbaikan dalam segala bentuk pemeintahan Kerajaan Aceh.
           Pada masa pemeintahannya, Kerajaan Aceh melakukan perluasaan wilayah kekuasaannya seperti melakukan serangan terhadap  Kerajaan Malaka ( tetapi gagal ). Daerah Kerajaan Aru berhasil diduduki. Pada masa pemerintahaannya, kerajaan Aceh mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan sering terjadi.

4.         4. Sultan Iskandar Muda
          Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607 – 16 36 M. Di bawah pemerintahannya, Kerjaan Aceh mengalami kejayaan. Kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerjaan besar adn berkuasa atas perdagangan Islam, bahakn menjadi bandar transito yg dapat menghubungkan dgn pedagang Islam di dunia barat.
          Untuk mencapai kebesaran Kerajaan Ace, Sultan Iskandar Muda meneruskan perjuangan Aceh dgn menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya. Tujuannya adalah menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah – daerah penghasil lada.   Sultan Iskandar Muda juga menolak permintaan Inggris dan Belanda untuk membeli lada di pesisir Sumatera bagian barat. Selain itu, kerajaan Aceh melakukan pendudukan terhadap daerah – daerah seperti Aru, pahang, Kedah, Perlak, dan Indragiri, sehingga di bawah pemerintahannya Kerajaan aceh memiliki wilayah yang sangat luas.
           Pada masa kekeuasaannya, terdapat 2 orang ahli tasawwuf yg terkenal di Ace, yaitu Syech Syamsuddin bin Abdullah as-Samatrani dan Syech Ibrahim as-Syamsi. Setelah Sultam iskandar Muda wafat tahta Kerajaan Aceh digantikan oleh menantunya, Sultan Iskandar Thani.

5.         5. Sultan Iskandar Thani.
           Ia memerinatah Aceh tahun 1636 – 1641 M. Dalam menjalankan pemerintahan, ia melanjutkan tradisi kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya, muncul seorang ulama besar yg bernama Nuruddin ar-Raniri. Ia menulis buku sejarah Aceh berjudul Bustanu’ssalatin. Sebagai ulama besar, Nuruddin ar-Raniri sangat di hormati oleh Sultan Iskandar Thani dan keluarganya serta oleh rakyat Aceh. Setelah Sultan Iskandar Thani wafat, tahta kerjaan di pegang oleh permaisurinya ( putri Sultan Iskandar Thani ) dgn gelar Putri Sri Alam Permaisuri ( 1641-1675 M ).
Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.

           Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh
*               - Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1030, tidak ada raja – raja besar yang mampu mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas. Di bawah Sultan Iskandar Thani ( 1637 – 1641 ), sebagai pengganti Sultan Iskandar Muda, kemunduran itu mulai terasa & terlebih lagi setelah meninggalnya Sultan Iskandar Thani.
*               - Timbulnya pertikaian yang terus menerus di Aceh antara golongan bangsawan ( teuku ) dgn golongan utama ( teungku ) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh. Antara golongan ulama sendiri prtikaian terjadi karena perbedaan aliran dalam agama ( aliran Syi’ah dan Sunnah wal Jama’ah )
*               - Daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perlak, Minangkabau, dan Siak. Negara – negara itu menjadikan daerahnya sebagai negara merdeka kembali, kadang – kadang di bantu bangsa  asing yang menginginkan keuntungan perdagangan yang lebuh besar.



Kerajaan Mataram Islam

Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan Mataram berkembang dari sebuah kadipaten yang saat itu di bawah kekuasaan Pajang. Wilayah Kerajaan Mataram di daerah Jawa Barat selatan (pinggir Kota Jogjakarta sekarang). Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.

Kerajaan Mataram Islam didirikan oleh Ki Ageng Pemanahan dengan membuka alas mentaok sebagai hadiah dari Sultan Hadiwijaya, raja Pajang. Kemudian Sutawijaya menjadi raja Mataram pertama dengan gelar Panembahan Senapati (1586 – 1601). Kotagedhe sebagai ibukotanya.

Tindakan-tindakannya yang penting, antara lain sebagai berikut:
1)     Meletakkan dasar-dasar Kerajaan Mataram;
2)     Memperluas wilayah kekuasaan dengan menundukkan Surabaya, Madiun, dan     Ponorogo ke timur dan ke barat berhasil menundukkan Cirebon dan Galuh.      
     
Pengganti Panembahan Senopati ialah Mas Jolang gugur di daerah Krapyak sehingga disebut Panembahan Seda Krapyak. Raja terbesar Kerajaan Mataram ialah Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613–1645).Sultan Agung bercita-cita mempersatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram dan mengusir Kompeni (VOC) dari Batavia.

    Masa pemerintahan Sultan Agung yang selama 32 tahun dibedakan atas dua periode, yaitu masa Penyatuan Kerajaan dan masa Pembangunan. Masa Penyatuan Kerajaan (1613–1629) merupakan masa peperangan untuk mewujudkan cita-cita menyatukan seluruh Jawa. Sultan Agung menundukkan Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan, dan Tuban. Selanjutnya, menundukkan Lasem, Pamekasan, dan Sumenep, bahkan juga Sukadana di Kalimantan. Dengan demikian, seluruh Jawa telah takluk di bawah Mataram bahkan sampai ke luar Jawa, yakni Palembang, Sukadana, dan Goa.

    Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon berhasil dikuasai, Sultan Agung merencanakan untuk menyerang Batavia. Serangan pertama dilancarkan pada bulan Agustus 1628 di bawah pimpinan Bupati Baurekso dari Kendal dan Bupati Ukur dari Sumedang. Batavia dikepung dari darat dan laut selama dua bulan, namun tidak mau menyera,h bahkan sebaliknya tentara Mataram dipukul mundur.

    Dipersiapkan serangan yang kedua lebih matang dengan membuat pusat-pusat perbekalan makanan di Tegal, Cirebon, dan Krawang. Serangan kedua dilancarkan bulan September 1629 di bawah pimpinan Bupati Sura Agul-Agul, Mandurarejo, dan Uposonto. Namun, VOC telah mengetahui lebih dahulu rencana tersebut. Hal itu dibuktikan dengan tindakan VOC membakar dan memusnahkan gudang-gudang perbekalan. Serangan kedua Mataram ke Batavia mengalami kegagalan karena kurangnya perbekalan makanan, kalah persenjataan, jarak Mataram–Jakarta sangat jauh, dan tentara Mataram terjangkit wabah penyakit.

     Setelah Sultan Agung meninggal, takhta kerajaan digantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Amangkurat I (1645–1677). Berbeda dengan ayahnya, raja ini tidak bijaksana dan cenderung kejam dan kurang memperhatikan kepentingan rakyat. Banyak rakyat dan kaum bangsawan tidak menyukainya.

Pengganti Amangkurat I adalah putra mahkota yang bergelar Sultan Amangkurat II (1677–1703). Pada tahun 1703, Amangkurat II wafat, digantikan oleh putranya Sunan Mas dengan gelar Sultan Amangkurat III yang anti kepada Belanda.

Raja-raja yang memerintah :
1.      Panembahan Senopati
2.      Sultan Anyakrawati
3.      Sultan Agung Hanyakrakusuma
– Zaman keemasan
– Kebijakan Sultan Agung :
a)     Menyatukan seluruh P.Jawa kecuali : Banten, Cirebon, Mataram
b)     Mengusir VOC 2x, namun gagal
c)     membuat kalender Jawa
d)     memadukan unsur Islam dengan budaya Jawa
e)     meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pertanian
f)      menulis kitab Sastra Gendhing
g)     wilayah kerajaan dibagi menjadi Kutagara, Negara Agung, Mancanegara, daerah Pesisiran
4.      Amangkurat I
Pengaruh Belanda mulai masuk dan
berkembang di Kerajaan Mataram.
Th. 1755 Perjanjian Gianti
Th, 1757 Perjanjian Salatiga

Penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Islam:
*                          - Amangkurat I (1645-1676) Pemerintahannya yang diwarnai dengan banyak  pembunuhan/kekejaman. Ibukota kerajaan Mataram dipindahkan ke Kerta.
*                          - Terjadinya perang saudara atau dikenal dengan sebutan PerangPerebutan Mahkota I (1704-1708). Akhirnya Amangkurat III menyerah dan ia dibuang keSailan oleh VOC.
*                         - Pada masa Amangkurat IV (1719-1727) atau dikenal dengan sebutan Sunan Prabu,  dipenuhi dengan pemberontakan para bangsawan yang menentangnya, dan seperti biasa VOC turut andil pada konflik ini, sehinggga konflik membesar dan terjadilah Perang Perebutan MahkotaII (1719-1723). VOC berpihak pada Sunan Prabu sehingga para pemberontak berhasil ditaklukkan dan dibuang VOC ke Sri Langka dan Afrika Selatan.
*                      - Sunan Prabu meninggal tahun 1727 dan diganti oleh Paku Buwana II (1727-1749). Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan China terhadap VOC. 

Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Sebelumnya kerajaan Demak merupakan keadipatian vazal dari kerajaan Majapahit. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500 hingga tahun 1550. Raden patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang telah mendapatkan pengukuhan dari Prabu Brawijaya yang secara resmi menetap di Demak dan mengganti nama Demak menjadi Bintara.

Pada masa sebelumnya Kerajaan Demak bernama Bintaro yang merupakan daerah Vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. De Graaf dan Pigeud (1989) dalam uraiannya menjelaskan bahwa Demak pada zaman dahulu terletak di pantai selat yang memisahkan pegunungan Muria dari Jawa. Selat yang cukup lebar dan dapat dilayari kapal-kapal dagang inilah yang memungkinkan Demak akhirnya menjadi satu pelabuhan yang terkenal. 

Lapisan-lapisan sosial yang terdapat di Demak dapat dikelompokkan kedalam 3 tingkatan, yaitu:
1.      Lapisan Atas. Kelompok masyarakat yang paling terpandang karena status atau tingkat kehidupan ekonominya yang tinggi adalah
1)     Raja dan keluarganya,
2)     Pejabat tinggi kerajaan dan
3)     Para ulama besar/syekh.
Dalam kisah-kisah tradisi disebutkan bahwa kerajaan Demak dikenal memiliki 5 imam, yaitu
1)     Pangeran (Sunan) Bonang;
2)     Makdum Sampang;
3)     Kiai Gedeng Pambayun ing Langgar;
4)     Penghulu Rahmatullah dari Undung; dan
5)     Pangeran Kudus atau Pandita Rabani. 
2.      Lapisan Tengah. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
1)     Para imam dan santri;
2)     Para prajurit atau tentara;
3)     Para pedagang menengah;
4)     Para penjaga masjiddan makam suci; dan
5)     Para penulis kronik.    
3.      Lapisan Bawah. Termasuk ke dalam lapisan ini adalah
1)     Para petani dan nelayan;
2)     Para tukang dan pengrajin;
3)     Para pedagangkecil; dan
4)     Para seniman.

Raja – raja Demak mendapat penyebutan gelar Sultan.

Faktor-faktor pendorong kemajuannya adalah sebagai berikut:
1.      Letaknya strategis di daerah pantai, sehingga terbuka hubungan dengn dunia luar.
2.      Pelabuhan Bergota di Semarang merupakan pelabuhan ekspor-impor yang penting bagi Demak.
3.      Memiliki sungai sebagai penghubung daerah pedalaman, sehingga membantu pengangkutan hasil pertanian beras sebagai komoditas ekspor utama.
4.      Runtuhnya Majapahit oleh Demak membuatnya berkembang pesat.

Beberapa Raja yang memerintah Kerajaan Demak:
1.      Raden Patah (1478 - 1518)
Raden Patah adalah pendiri dan raja pertama di Demak. Pada masa pemerintahannya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan bantuan para wali, Demak diperluas hingga meliputi Jepara, Pati, Rembang, Semarang, kepulauan di selat Karimata dan beberapa daerah di Kalimantan. Kerajaan ini menguasai beberapa pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik.
Perannya dalam penyebaran agama Islam sangatlah besar. Dengan bantuan Sembilan Wali (Wali Songo), Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah Nusantara bagian timur. Oleh para wali, di Demak didirikan Masjid Agung Demak yang masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Raden Patah wafat tahun 1518 M, kemudian digantikan oleh putra Mahkotanya Raden Pati Unus.
2.      Pati Unus ( 1518 - 1521 M )
Pati Unus berkuasa tahun 1518 M sampai tahun 1521 M. Karena jasanya memimpin armada Demak dalam penyerangan ke Malaka, Pati Unus mendapatkan sebutan "Pangeran Sabrang Lor". Pemerintahan Pangeran Sabrang Lor tidak berlangsung lama, karena setelah 3 tahun memerintah beliau sakit dan wafat tahun 1521 M. Pati Unus meninggal tanpa menurunkan anak. Sebagai penggantinya adalah adiknya yang bernama Raden Trenggono yang kemudian bergelar Sultan Trenggono.
3.      Sultan Trenggono ( 1521 - 1546 )
Sultan Trenggono adalah adik Pati Unus dan putra ketiga Raden Patah. Di bawah pemerintahannya wilayah Demak bertambah luas. Tahun 1522, armada laut Demak di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) mengadakan penyerangan dimulai dari Banten, Sunda Kelapa, kemudian ke Cirebon. Ketiga daerah ini semula berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Pada saat itu juga Portugis bekerja sama dengan Pajajaran untuk menguasai Sunda Kelapa.  
Pada tahun 1527 M, Demak berhasil merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis. Fatahillah menggantikan nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Saat pemindahan nama ini ditetapkan sebagai berdirinya kota DKI Jakarta.
Sultan Trenggono wafat pada tahun 1546 M.

Sepeninggal Sultan Trenggono, di Demak terjadi perebutan kekuasaan antara putra sulung Sultan Trenggono yang bernama Sunan Prawoto dengan Pangeran Sekar, kakak Sultan Trenggono. Pangeran Sekar kalah dan meninggal, Kemudian, Sunan Prawoto menjadi raja Demak.

Sunan Prawoto tidak lama menjadi raja di Demak, terjadi pemberontakan oleh Arya Penangsang anak Pangeran Sekar. Dalam peperangan itu, Sunan Prawoto gugur. Arya Penangsang mendapat perlawanan dari menantu Sultan Trenggono yang bernama Pangeran Hadiri (Sultan Kalinyamat), tetapi tidak berhasil. Pangeran Hadiri meninggal oleh Arya Penangsang..

Perlawanan dilanjutkan oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang berasal dari Tingkir Salatiga. Dengan siasat yang diajarkan Ki Ageng Pemanahan. Pemberontakan Arya Penangsang (Adipati Jipang) dapat dipadamkan.

Siasat tersebut antara lain dengan menampilkan Sutawijaya, anak Ki Ageng Pemanahan yang baru berusia 16 tahun dijadikan sebagai Panglima perang. Akibatnya, Arya Penangsang tidak tega membunuh, tetapi justru sebaliknya Arya Penangsang terbunuh o;eh Sutawijaya.

Berkat jasanya mengalahkan Arya Penangsang, Ki Ageng Pemanahan mendapat hadiah wilayah di daerah Mataram yaitu Kota Gede dan sekitarnya. Sutawijaya dijadikan anak angkat Joko Tingkir. Setelah menjadi raja, Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan Demak ke Pajang. Beberapa alasan Joko Tingkir memindahkan pusat kerajaan ke Pajang adalah:
1.      Kerajaan Demak mengalami kehancuran total akibat perang saudara yang berlarut-larut.
2.      Mendekati daerah pertanian yang subur yaitu di sekitar Surakarta dan Klaten.
3.      Menjauhi musuh-musuh politiknya yang ada di sekitar Demak.
4.      Mendekati daerah pendukungnya yaitu di sekitar Tingkir dan Pajang.
Beberapa peninggalan Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
·        Masjid Agung Demak yang di bangun oleh Wali songo pada tahun 1478.
·        Piring Campa merupakan pemberian Ibu Raden Patah yang bernama Putri Campa .
·        Pintu Bledeg / Pintu Petir dibuat oleh Ki Ageng selo .
·        Saka Tatal merupakan saka ( tiang ) Utama Masjid Demak di buat oleh Wali Songo . Tiang buatan sunan Kalijaga tersebut di buat dari tatal yang diikat dengan rumput rawadan . Tiang ini mengandung pelajaran persatuan .
·        Bedug dan kentongan . Bedug ini karya wali Songo berfungsi sebagai tanda umat Islam menjalankan salat lima waktu .
·        Dampar Kencana digunakan untuk tempat duduk para sultan dan sekarang di gunakan untuk mimbar khutbah .

Saka Tatal