Sabtu, 25 Oktober 2014

CONTOH SYAIR BAHASA INDONESIA

Berikut adalah contoh syair yang saya buat sendiri.. yang ada dikarenakan tugas. -_-
selamat menikmati...



tema: persahabatan
oleh : Adistiani Wulandari

ANDAI KAU TAHU

Hatiku serasa tak ingin pergi
Tapi apalah daya diri ini
Biarlah tetap kujalani
Memang ini harusnya terjadi
Suatu hal yang tidak dinanti
Telah membuat hati merinti
Saat merasakan sakit di hati
Sungguh aku ingin berhenti
Segala kenangan yang lalu
Kini telah terhapus oleh waktu
Dan terbakar menjadi abu
Ku mohon maafkanlah aku
Oh sungguh wahai sahabatku
Aku masih ingin bersamamu
Jangan menghindar dariku
Ku ingin kita seperti yang dulu








APA KABAR?

Hai semuanya... Apa Kabar? Lama kita tidak berjumpa.. :D aku rindu padamu..

btw, soal "Apa Kabar", jadi pengen ketemu kamu yg lagi disana (?). -_- #gadeng /abaikan/
Dan ngomongin soal kangen/rindu, suwer kangen banget saama kamu yg lagi disana..
Ini nulis sebenernya tujuannya apaan sih.. GAJE..
namanya juga orang lagi bosen.. maklumin aja lak bro.. #plak

oke fix.. dari pada gini, mending posting foto aja.. gimana?
ini buat yang pada lupa sama wajah saya..

hehe.. canda

INI GJ BANGET SUMPVEH

haha

lagi belajar alim (?) amin..



baiklah teman... cukup sekian dulu lah :D -_-
hahahaahaha



bye max

Senin, 07 Juli 2014

POKOKNYA CERITA-MENULIS(2)

Ini adalah sambungan cerita dari yg lalu kawanku..
btw.. penasaran gak sih?
oke deh,
cekidot

Aina tumbuh menjadi gadis remaja yang amat cantik. Usianya akan segera menginjak 17 tahun. Di ulang tahunnya di usia 17 tahun ini, ia meminta kado spesial dari Ibu-nya. Ia ingin bisa pergi ke Kanada. Dan permintaan itu benar – benar akan dikabulkan Ibu-nya. Mimpinya sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Tapi, itu semua tidak menghapus rasa sakit di hatinya. Tidak mendapat kabar dari Rijal –sahabat  kecilnya– selama 12 tahun. Ini membuat sesak dalam dadanya. Inilah cobaan yang benar – benar dapat membuatnya menangis hampir tiap ia mengingat kenangannya bersama Rijal. Menatap dengan mata sembab kalung di tangannya adalah kebiasaan buruknya. Mungkin itu memang tidak buruk di keadaan yang seperti ini.
Sedangkan Rijal, Rijal kini masih ada di Afrika Selatan. Tanpa memberi kabar sahabat kecilnya di Indonesia. Kabarnya, Rijal akan pindah ke Kanada untuk melanjutkan kuliah di sana. Hanya kabar itu yang didengar oleh Aina. Sedikit rasa senang yang ada mendengar sedikit kabar dari Rijal. Kabarnya pun tanpa ada keterangan yang jelas. Kebimbangan hati selalu dirasakan Aina saat ini.
***
Sudah hampir 12 tahun Rijal tidak menginjakkan kaki di Indonesia lagi. Untuk tahun ini Rijal akan pergi meninggalkan Affrika Selatan. Tapi, tidak untuk ke Indonesia. Melainkan ia akan melanjutkan kuliahnya di Kanada. Akhir – akhir ini ia lebih menggemari dunia perfilm-an. Jadi, lebih baik dia kuliah di Kanada yang terkenal dengan tempat paling tepat untuk menempuh study di bidang film.
Kehidupan Rijal disana sepertinya membuatnya semakin sibuk hingga tak sempat memberi kabar sahabat kecilnya di Indonesia. Yah, memang benar ia mempunyai kegiatan baru bersama alam. Menjajahi setiap sudut Afrika Selatan. Tentu ini tak kan terlewatkan. Negara yang penuh pemandangan menakjubkan, satwa liar yang menarik, pantai yang luar biasa dan beragam budaya. Apalagi, Afrika Selatan adalah salah satu pilihan utama pelancong dari seluruh dunia. Menjelajahi Afrika Selatan adalah cara lain untuk menemukan apa yang Alam tawarkan kepada penghuninya. Ada kota yang indah Cape Town, atau habitat beragam satwa liar di Taman Nasional Kruger, atau Table Mountain fenomenal.
Pagi ini pun Rijal sudah bersiap untuk menjelajahi kota Cape Town. Ranselnya sudah penuh dengan barang yang ia perlukan nanti. Rijal mencoba mengecek kembali isi ranselnya. Ternyata ia tak menjumpai jaket hoodie kesayangannya. Rijal melangkah ke almari di kamarnya. Mencoba mencari hoodie kesayangannya itu. Ia meraba ke dalam barangkali terselip. Lalu, ia merasakan ada sesuatu yang panjang dan sepertinya berantai. Ia berusaha meraih benda itu. Setelah berhasil mengeluarkan benda itu dari almari, ia tercengang melihat apa yang ia dapat. Sebuah kalung berwarna perak dengan mainan berbentuk hati. Ternyata mainan itu dapat dibuka. Ia membukanya dan melihat dua buah foto berdampingan di sana. Air matanya mulai menetes membasahi pipinya. Sadar ia menangis, segeralah ia menghapus air matanya itu. Masa lalu kembali terngiang di ingatannya.

***
Tak terasa 2 minggu lagi hari ulang tahun Aina akan segera tiba. Aina menyingkap gorden jendela kamarnya yang ada di lantai1. Melihat matahari menerangi seisi kamarnya, senyum simpulnya terlukis. Dari jendela ia melihat ibunya sedang menyapu halaman rumah. Tanpa berpikir lama ia segera berlari keluar kamar dan menghampiri ibunya.
“Ibu! Ibu, 2 minggu lagi hari ulang tahunku yang ke-17 loh. Ibu ingat tidak? Pasti ingat kan Bu dengan janji Ibu.”
Ibu hanya tersenyum tipis dan menjawab “Iya sayang. Ibu tidak akan lupa dengan janji Ibu. Setelah Ayah pulang nanti, Ibu akan coba bicara dengan ayahmu.”
“Yeay! Terima kasih Ibu. Ibu memang yang paling baik di dunia ini.” Aina tersenyum senang mendengar jawaban Ibunya dan spontan memeluk Ibunya. “Kenapa Ibu terus tertawa seperti itu?”tanya Aina bingung melihat Ibunya terus tertawa tak henti meski terus menocba menahan tawa.
“Bagaimana Ibu tidak tertawa? Lihatlah dirimu sayang.” Ibu merapikan rambut Aina yang berantakan dengan tangan lembutnya. Aina meringis.
Aina segera membersihkan dirinya dengan cepat. Ia harus segera pergi ke sekolah. Sahabat – sahabatnya pasti sudah menunggunya di sekolah. Sahabat lelakinya bernama Afnan saja sudah menunggu Aina di depan rumah. Ini rutin dilakukan Afnan setiap harinya. Seorang laki – laki tampan, tinggi, dan putih ini seseorang yang populer di sekolah. Sangat beruntung menjadi seorang Aina dapat bersahabat dengannya.
Rambut panjang dan lembut Aina dibiarkan tergerai dengan bandana cantik berwarna merah muda menambah aura mengesankan. Tas merah mudanya sudah ada di tangannya. Ia sudah siap untuk segera berangkat ke sekolah. Sekarang ini Aina sedang duduk di bangku SMA kelas 3. Tak lama setelah hari ulang tahunnya, ia akan lulus dan segera duduk di bangku kuliah.
“Afnan maaf ya nunggunya kelamaan. Hehe.” Aina menggaruk kepalanya meski tak terasa gatal sedikitpun.
“Iya nggak apa – apa. Sudah ayo naik, nanti telat lagi.”
“Oke!”
“Tante, berangkat dulu ya.”
Sampai di sekolah Aina disambut oleh sahabat – sahabatnya. Alisha, Nadine,dan Steve bersorak. Apa mereka tidak bosan melakukan hal ini setiap hari? Apalagi dengan menggoda sahabatnya sendiri.
“Cie makin lengket aja nih. Hehehe.” Steve menyenggol siku Afnan. Steve tipe cowok periang dan humoris. Berbeda dengan Afnan, cowok yang sedikit serius. Tak mengherankan ia menjadi pemimpin yel – yel kelasnya. Rambutnya bagian depan yang digaya berdiri dan diberi gel membuat gayanya terlihat semakin cool. Mungkin ini yang membuatnya digilai para cewek hampir di seluruh pelosok negeri. Tidak, tapi hanya di sekolah ini saja. Dia juga mudah bergaul dengan siapa saja. Tanpa pilih – pilih siapa dia, dari mana asalnya.
“Kenapa nggak jadian aja sih kalian ini?” giliran Nadine yang angkat bicara. Nadine salah satu yang paling modis dalam bergaya pakaian diantara sahabat Aina. Ia juga primadona sekolah. Banyak anak lelaki yang ingin menjadi pacarnya. Nadine, sahabat yang selalu mendorong Afnan dan Aina untuk berpacaran. Padahal mereka kan bersahabat.
Alisha, anak paling pendiam di antara sahabat Aina. Tidak pernah berkomentar tentang hubungan Aina dan Afnan. Dia berhijab dan paling alim pula di antara sahabat – sahabatnya. Seseorang yang selalu memberi petuah – petuah bermanfaat untuk sahabatnya.
Afnan langsung angkat bicara. Mengajak sahabatnya untuk segera masuk ke dalam kelas. Memang, bel masuk sebentar lagi akan berbunyi. Ya tentu, semua sahabatnya menyetujuinya. Dan langsung segera mengambil langkah pertama mereka. Tiba – tiba Afnan meraih tangan Aina yang sedang berjalan di sampingnya sedari tadi. Aina menghentikan langkah, memandang Afnan dengan pandangan bingung. Afnan mengedipkan sebelah matanya. Sungguh terlihat semakin tampan. Aina juga mengakui hal itu. Aina hanya tersenyum tipis, lalu melanjutkan langkahnya.
“Bandana pink-mu bagus. Cocok untukmu. Kamu terlihat semakin cantik memakainya.” Afnan tiba – tiba saja berbicara seperti itu saat berjalan menuju kelas dengan setengah berbisik ke Aina.
“Terimakasih.” Aina memandang Afnan, tersenyum tipis mendengar perkataan manis Afnan. “Ini hadiah dari kakekku di desa.”
“Oh.” Jawaban singkat Afnan dengan mulutnya berbentuk huruf gua sambil menganggukkan kepalanya. 
Sampai di kelas, semua duduk di bangku masing – masing. Aina duduk bersebelahan dengan Alisha di depan Nadine dan Cantika. Cantika teman dekat mereka juga. Tapi sayangnya, ia juga berteman baik dengan Trisha, salah satu musuh bebuyutan Aina sejak masih SMP.
Sejarahnya dulu, Aina dan Trisha bersahabat baik. Namun sayang, Trisha menghianati kepercayaan Aina. Ia merebut pacar Aina yang bernama Kak Endra – kakak kelas Aina di SMP. Mengadu domba Aina dan Kak Endra, hingga mereka putus. Semenjak Aina tau penyebabnya adalah Trisha, Aina sudah tidak mau lagi untuk bersahabat dengannya. Trisha tidak hanya merebut pacar Aina, apapun yang Aina miliki serasa ingin dimiliki pula olehnya. Bahkan, sepertinya Trisha tak ingin Aina mendapat kebahagiaan. Sekarang ini saja, melihat Afnan dekat dengan Aina, Trisha terlihat seperti tidak senang. Dan ingin merebut kepercayaan Afnan dari Aina.
Afnan yang duduk bersebelahan dengan Steve berdiri, berjalan ke tempat Aina. Ia membungkukkan badan dan mendekatkan kepalanya ke kepala Aina.
“Aina, jam istirahat nanti bisa bicara bentar nggak?” tanya Afnan membuat Aina sedikit terkejut karena sudah berada di sampingnya. Sontak, Aina menoleh. Aina bertambah kaget saat melihat Afnan sudah berada di sampingnya dengan jarak sedekat itu. Matanya bertemu dengan mata Afnan yang jaraknya sangat dekat. Aina tertegun menatap Afnan sedekat ini. Ia menyingkapkan rambutnya ke belakang telinga. Dalam waktu lama menatap mata Afnan, Aina hampir tenggelam dalam tatapan mata Afnan yang dapat membuat meleleh hati setiap wanita yang melihatnya sedekat ini. Untungnya, Afnan langsung membuka mulutnya dan memecah keheningan di antara mereka.
“Aina? Bagaimana? Bisa?”
“Hah? Apanya yang bisa? Maaf ya tadi nggak dengar, habis kaget kamu sudah ada di samping aku Nan.” ucap Aina sedikit gelagapan.
“Jam istirahat nanti bisa bicara bentar nggak? Bentar aja Ni.”
“Kenapa nggak sekarang aja Nan? Kan bisa?”
“Nggak. Nanti aja sambil aku mau nunjukin sesuatu ke kamu. Please..
“Okay.” Jawab Aina singkat.
Ternyata sedari tadi Trisha sudah melihat Afnan dan Aina. Hati Trisha terasa semakin panas, hingga hampir saja meledak. Trisha menyimpan hati pada Afnan. Jadi, tidak heran jika api cemburu sangat cepat hadir saat melihat Afnan dan Aina tadi. Trisha juga tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua. Meski dalam jarak yang jauh, entah kenapa bisa terdengar. Trisha memang yang paling andal dalam hal menguping, memang sudah sangat berpengalaman. Trisha serasa ingin menggagalkan rencana mereka bertemu berdua di jam istirahat nanti. Dan ia memang mendapatkan rencana untuk mengagalkan itu.
Trisha memanggil Cantika. Cantika langsung datang ke tempatnya. Trisha sedang mengatakan sesuatu hal yang rahasia padanya, rencana mengagalkan Afnan dan Aina bertemu. Setelahnya, Cantika melangkah pergi dan menghampiri Steve. Mengatakan sesuatu yang sepertinya benar – benar penting.
Saat jam istirahat telah tiba, Afnan dan Aina pergi keluar kelas bersama. Tetapi langkah mereka harus terhenti saat Steve memanggil mereka berdua.
“Afnan! Aina! Mau kemana kalian? Ayo ikut aku, Cantika akan mentraktir kita makan hari ini!” Steve terdengar berseru, setiap sudut pasti dapat mendengarnya. Steve berlari menghampiri Aina dan Afnan. “Ayo kawan.” Steve merangkul temannya Afnan itu.
“Ada acara apa dia mentraktir kita Steve?” tanya Afnan dengan alis sebelah kirinya terangkat
“Kakakku ulang tahun hari ini. Dia memberiku uang dan menyuruhku untuk mentraktir temanku makan di kantin hari ini.” Jawab Cantika yang datang melangkah pelan.
“Kenapa kamu hanya mentraktir kami? Kenapa bukan geng-mu, si Trisha?” Aina bertanya dengan gaya yang tidak bersahabat.
“Tidak. Mereka tidak suka kalau aku mentraktir mereka. Aku sudah mencoba mengajak mereka. Tapi, mereka tidak mau. Ya sudah, aku mengajak kalian saja. Kalian kan teman dekat ke-2 ku setelah Trisha. Tolong, mau ya.. aku tidak mau mengecewakan kakakku.”
Sifat dasar Aina yang baik, tidak mungkin tega pada temannya sendiri yang tidak ingin mengecewakan amanat kakaknya. Jadi, dia mau untuk pergi makan bersama Cantika di kantin hari ini. Ada rasa kecewa pada Afnan. Karena rencananya untuk bicara berdua dengan Aina telah gagal. Tapi, itu tidak mengurungkan niatnya. Afnan mengajak kembali Aina sore hari ini pergi bersamanya, dengan alasan hang out bersama sahabat yang lain. Meski kenyataannya tidak. Jika tidak berbohong seperti itu, Aina tidak akan mau bertemu dengan Afnan sore nanti.
***



Gimana? udah selesai bacanya? jelek ya? makasih. aku terima apapun pendapatmu kawan.
lanjut? oke..
Byee.. see you

POKOKNYA CERITA - MENULIS

Halooo.. 
kali ini saya mau ngepost ceita yg dengan isengnya saya tulis'-'
mau baca? silahkan saja.. ini jelek menurut saya.. karena saya tak pandai menulis. hanya mencoba saja. jadi harap maklum.
dan kalau jelek bilang di komen di bawah tuh ada kolomnya.. tinggal tulis disitu, jangan nggrundel di belakang saya.. itu tak elok kawanku
baiklah.. 
cekidott..

MY DREAMS – BELIEFS IN YOU
            Aina Talita Zahran, seorang gadis cantik dengan mata bulat yang berkilau itu tengah duduk di taman dekat danau. Ia disibukkan dengan membolak-balikan buku di tangannya. Rambutnya yang tergerai panjang menambah kesan feminimnya. Seorang anak lelaki menatapnya dari kejauhan. Anak itu berjalan mengendap ke arah dimana Aina berada. Lalu, mengangkat tangannya dan menepukkan ke pundak Aina. Sontak, Aina terkejut dan berdiri. Membalikkan badannya untuk melihat siapa yang baru saja menepuk pundaknya. Bola matanya semakin bulat dan indah saja saat ia sedang terkejut.
            “Rijal?!” Aina membentuk bibirnya mirip bebek. “Ngagetin aja cih! Gak liat apa orang lagi cibuk gini?”
“Maap dong, kan atu juga gak cengaja. Maap deh.” Ujarnya seraya menarik tangan Aina. “Emangnya tamu ladi baca apa cih?” lanjut Rijal, mencoba melihat buku yang dibawa Aina.
“Atu lagi baca butu tentang dunia!” jawab Aina dengan semangat ’45. Aina memang sangat menggemari hal ini. Mengenali apa yang terjadi di dunia. Meski ia belum begitu lancar membaca.
“Waahh... atu mau liat juga dong.”
“Boleh.”
Aina memutar badannya dan segera duduk di bangku taman. Rijal melangkahkan kakinya dan duduk di samping Aina. Lembar demi lembar dari buku bergambar itu mereka baca bersama. Angin semilir sore itu membuat kesan kedamaian. Pohon – pohon tumbuh dengan rindang. Memberi kehangatan di sore yang agak dingin itu.
Kini satu lembar penuh, bergambar alam dengan warna langit biru tua juga cahaya biru muda terlukis di atas langit telah terpampang. Aina tercengang menatap ini.
“Rijal, nanti talau atu tudah betar, atu mau pergi ke cini ah!” ucap Aina memecah keheningan sore itu, sambil menunjuk ke lukisan di lembar bukunya.
“Ke mana itu Aina?”
“Ke K-A-N-A-D-A. Kanada!” Aina tersenyum senang.
***
Kini di pagi ini Rijal yang tengah duduk di bangku taman dekat danau. Ia sedang menunggu Aina. Mereka berdua telah ada janji untuk bertemu di sini. Rijal menatap danau dengan mata sembab. Ia menatap danau dan benda yang sedang dibawanya bergantian.
Aina si gadis kecil itu berjalan perlahan dengan rok selututnya yang membuatnya semakin cantik. Ia sudah terbiasa berjalan sendiri kemanapun semenjak orang tuanya sering pergi ke luar kota untuk bekerja. Sahabat satu – satunya telah menunggunya di taman pagi ini. Aina sudah melihat sahabatnya duduk di bangku taman dekat danau. Dan Aina segera menghampiri sahabatnya.
“Rijal. Ada apa kog tamu minta tetemu di tini?” tanya Aina.
“Atu tuman mau pamitan aja. Atu mau itut mamatu ke Aprika Celatan.” Rijal menampakkan raut wajah sedihnya.
“Kenapa?”
“Karena atu tinta mamatu. Atu nggak mau jauh dari mamatu.”
“Teyus, atu di tini tama capa?”
“Maap ya Aina. Atu pengen banget bica ajak Aina. Tapi, mama nggak ngijinin. Ini, atu punya tetuatu buat tamu, ini kenang – kenangan dari atu buat tamu. Tamu timpan dan pakai kalung ini ya.. Kalungnya tembaran tama atu.” Rijal memberikan kalung ditangannya pada Aina.
“Iya deh. Tapi jangan lama – lama yaa.. Atu tayang tamu Rijal.” Aina mulai meneteskan air matanya sambil memegang erat kalung ditangannya.
“Jangan nangis dong Aina. Atu juga tayang kamu kog Aina.”
Rijal merangkulkan tangannya ke punggung Aina. Ini sedikit membuat rasa tenang di antara mereka. Berpelukan seperti teletabies seperti ini sedikit memberi rasa percaya antara mereka.

***


Penasaran dan mau tahu gak kelanjutan dari cerita yg telah kau baca barusan? oke, tunggu kelanjutan ceritanya ya,.. kapan-kapan bakal saya post. oke?
bye! ditunggu kritik dan sarannya.;))

~ini udah dipost kelanjutannya open this link baby-> http://adistiawulandari.blogspot.com/2014/07/pokoknya-cerita-menulis2.html

Selasa, 27 Mei 2014

Latihan Biologi Kelas 8 Online

haloo...
saya mau ngepost nih. ini sebenernya buat UH sih.. tpi gapapa deh, -_v

Minggu, 11 Mei 2014

Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan bercorak hindu yang terletak di muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4.
Bukti sejarah tentang kerajaan Kutai adalah ditemukannya tujuh prasasti yang berbentuk yupa (tiang batu) tulisan yupa itu menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta. Yupa adalah tiang batu yang digunakan sebagai tiang untuk mengikat hewan korban yang dipersembahkan rakyat Kutai kepada dewa-dewa dalam kepercayaan mereka.
Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Dari Raja Aswawarman menurunlah sampai Mulawarman, karena Mulawarman pun memeluk agama Hindu. Hal itu diketahui dari penyebutan bangunan suci untuk Dewa Trimurti. Bangunan itu disebut bangunan Wapraskewara dan di Gua Kembeng di Pedalaman Kutai ada sejumlah arca-arca agama Hindu seperti Siwa dan Ganesa.
Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.

Kerajaan Kutai runtuh pada masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia. Dharma Setia sendiri terbunuh dalam peperangan melawan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa dari Kesultanan Islam Kutai Kartanegara. Terbunuhnya Maharaja Dharma Setia ini menandakan berakhirnya Kerajaan Kutai sekaligus menjadikan Dharma Setia sebagai raja terakhir Kerajaan Kutai.

Agama Budha

Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara. Muncul sebagai protes terhadap perbedaan kasta, terutama kasta brahmana yang dianggap terlalu banyak mempunyai hak – hak istimewa, dan kasta kasta lain yang dianggap terlalu membedakan kedudukan seseorang. Semua itu dipandang kurang adil. Agama buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM.
Kitab suci agama buddha yaitu Tripitaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
1.     Winayapitaka, berisi tentang peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluk agama Buddha.
2.     Sutrantapitaka, berisi tentang wejangan – wejangan atau ajaran sang Buddha.
3.     Abidharmapitaka, berisi tentang penjelasan dan uraian mengenai agama Buddha.
Dalam perkembangannya, agama Buddha pecah menjadi dua aliran, yaitu aliran Hinayana dan aliran Mahayana.
v Aliran Hinayana
Hinayana berasal dari bahasa Pali dan Sansekerta terdiri dari kata Hina (kecil) dan Yana (kendaraan). Penganut-penganut hinayana menitikberatkan meditasi untuk mencapai penerangan sempurna sebagai jalan yang terpendek dalam menyelami dhamma dan mencapai pembebasan atau Nibbana. Aliran Hinayana disebut juga aliranTheravada. Hinayana merupakan aliran agama Buddha yang menekankan kemurnian dan keotentikkan ajaran agama Buddha sesuai dengan yang diajarkan Buddha Siddharta Gautama. Aliran Hinayana menggunakan bahasa pali dalam peribadatan dan teks Tripitaka.
Pokok ajaran dalam Hinayana antara lain :
1.     Segala sesuatu itu bersifat fana serta hanya berada untuk sesaat saja.
2.     Dharma – dharma itu suatu kenyataan
Kitab suci Hinayana:
·        Vinaya Pitaka, (peraturan – peraturan golongan para bikhsu) bicara mengenai Sangha. Terdiri dari 3 buah tulisan yang yang membicarakan peraturan-peraturan tata-tertib bagi para bhiksu.
·        Sutta Pitaka, (keranjang pengajaran). Memuat 4 buah kumpulan yang besar dari pelajaran buddha. terdiri dari bermacam-macam ceramah yang diberikan oleh Buddha.
·        Abhimdhamma Pitaka, berisi analisis ajaran Buddha. Terdiri dari 7 buah naskah, yang merupakan uraian-uraian ilmiah yanmg kering tentang dogmatika.
Ciri – ciri Hinayana:
1.     Berfikir realism Phsikologis
2.     Menolak keberadaan sejati dan metafisika
3.     Buddha dipuja sebagai manusia normal yang mempunyai kelebihan tidak lebih
4.     Nibbana adalah hasil usaha sendiri dan jasa hanya dapat menginspirasi orang lain
5.     Nibbana adalah tujuan tertinggi dan akhjir dari npenderitaan
6.     Bodhisatwa adalah calon Buddha yang belum sempurna dalam penerangan
Dalam Hinayana, terdapat 10 Paramita (kebajikan), yaitu:
s  Dana
s  Sila
s  Nekkhamma
s  Panna
s  Viriya
s  Kshanti
s  Sacca
s  Adhitthana
s  Metta
s  Upekkha

v Aliran Mahayana
Mahayana berasal dari bahasa Sanskerta: महायान. Mahāyāna yang secara harafiah berarti ‘Kendaraan Besar’ adalah satu dari dua aliran utama Agama Buddha dan merupakan istilah pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha. Mahayana, yang dilahirkan di India, digunakan atas tiga pengertian utama:
1.     Sebagai tradisi yang masih berada, Mahayana merupakan kumpulan terbesar dari dua tradisi Agama Buddha yang ada hari ini, yang lainnya adalahTheravada. Pembagian ini seringkali diperdebatkan oleh berbagai kelompok.
2.     Menurut cara pembagian klasifikasi filosofi Agama Buddha berdasarkan aliran Mahayana, Mahayana merujuk kepada tingkat motifasi spiritual. (yang dikenal juga dengan sebutan Bodhisattvayana) Berdasarkan pembagian ini, pendekatan pilihan yang lain disebut Hinayana, atau Shravakayana. Hal ini juga dikenal dalam Ajaran Theravada, tetapi tidak dianggap sebagai pendekatan yang sesuai.
3.     Menurut susunan Ajaran Vajrayana mengenai pembagian jalur pengajaran, Mahayana merujuk kepada satu dari tiga jalan menuju pencerahan, dua lainnya adalah Hinayana dan Vajrayana. Pembagian pengajaran dalam Agama Buddha Vajrayana, dan tidak dikenal dalam ajaran Agama Buddha Mahayana dan Theravada.
Kitab – kitab Mahayana:
·        Karandavyuha
·        Saddharmapandarika
·        Lankavara sutra
·        Avatamkara sutra
·        Vajraccedhika sutra
Negara yang menganut ajaran Mahayana sekarang ini adalah:
1)    Nepal – Tibet – Mongolia
2)    Cina – Jepang – Korea
3)    Vietnam
4)    Indonesia
Pimpinan besar Mahayana:
o   Nagarjuna, yaitu pimpinan sangha yang ke – 14. Beliau mendirikan suatu perguruan mistik yang bernama Madhyamika.
o   Aryasangha, yaitu pimpinan Sangha pada abad ke-4 M. Beliau mengajarkan Yogacara dan ajaran bahwa kesadaran adalah yang sejati.
o   Canti Deva, yaitu pimpinan Mahayana terakhir. Beliau mengarang kitab Ciksasammucchaya dan Bodhicaryavatara.
Dalam Mahayana, terdapat 6 Paramita dan 4 Paramita tambahan, yaitu:
s  Dana
s  Cila
s   Ksanti
s  Virya
s  Dhyana
Paramita Tambahan:
s  Prajna
s  Upaya-kaucalya
s  Pranidhana
s  Bala
s  Jnana
Sekte-sekte dalam Mahayana:
1)    Sekte Madhyamikavada
2)    Sekte Kebaktian
3)    Sekte Bumi-Suci
4)    Sekte Yogacara
5)    Sekte Meditasi (Dhyana)


Sabtu, 11 Januari 2014

Cerpen 2

hai.. aku balik nih. mau ngepost lagi.
o iya, Happy New Year! -telat gak sih? (wkwk)-

kali ini, aku bakal ngepost cerpen karyaku... iseng2 aja sih bikinnya.. ;))
okey. dibaca ya.. terus kasih kritik kalo jelek. maaf juga :) "Manusia tak luput dari kesalahan bukan?"

cekidot~
tema : kasih sayang (sebenernya gatau temanya apa-terserah deh temanya apaan -_\/)


Aku Juga Ingin Seperti Kakak

“Jovita! Ayo sayang cepat turun. Nanti kamu terlambat loo.. Mama sudah siapkan sarapan untukmu.” seru Mama dari lantai bawah sambil menyiapkan sarapan pagi.
“Iya Ma. Sebentar lagi aku turun.” Seru Kak Jovita menjawab seruan Mamanya.
Sambil bersiap akan turun, ia melihat adiknya yang sedang terdiam dengan wajah sedih sambil memegang tas dipundaknya.
“Nadine. Kamu sedang apa? Kog pagi – pagi udah ngelamun sih. Ayo turun. Nanti telat.” Ucap Kak Jovita kepada Nadine dengan seyum.
“Eeh.. Iya Kak. Sebentar lagi aku turun. Aku cuman mau nginget – nginget aja. Kayak ada yang ketinggalan. Kakak turun dulu saja, nanti aku nyusul.” Ucap Nadine.
“Oh. Oke.”
Kak Jovita pergi meninggalkan Nadine dan segera turun menuju ruang makan untuk sarapan.
“Pagi sayang.” Ucap Mama menyambut Kak Jovita.
“Pagi Ma.”
“Nadine mana? Kog nggak turun – turun. Itu anak emang yahh.. cari gara gara aja.” Ucap Mama dengan wajah sedikit kesal.
“Katanya sebentar lagi turun kog Ma.”
Mama berjalan meninggalkan ruang makan. Dan menuju lantai atas. Wajah Mama terlihat kesal. Mama mellihat Nadine yang sedang berdiri di depan kamarnya. Posisinya seperti tadi ketika ia sedang berbicara dengan Kakaknya.
“Nadine! Ngapain kamu di situ?! Malah bengong berdiri gak jelas. Cepat sana turun! Ini sudah siang! Nanti kalau kamu terlambat Mama yang rugi!” ucap Mama membentak Nadine hingga Nadine tersentak kaget.
“Mama. Iya Ma...”
Mama berjalan pergi meninggalkan Nadine di lantai atas. Dan berjalan turun ke lantai bawah. Mama menghampiri Kak Jovita di meja makan. Ia membelai lembut anak perempuan kesayangannya itu. Dengan senyum tersungging dibibirnya.
Nadine melihat semua itu dari dekat tangga tak jauh dari Mama dan Kak Jovita berada. Air mata mulai menetes dari mata bulatnya yang indah. Dan air mata itu telah membasahi pipinya. Ia tak sadar, bahwa ia sedang menangis. Setelah sadar, ia menangis dan sudah hampir 5 menit berdiri di sana, ia segera menghapus air matanya. Lalu, berjalan perlahan mendekati meja makan dan duduk di kursi.
Nadine tak banyak bicara. Ia langsung memakan roti dihadapannya dengan perlahan. Tatapannya kosong. Lurus ke depan. Ia tak berani menoleh ke kiri. Karena ia takut. Ia takut akan menangis lagi.
***
Mama memang selalu begitu. Berlaku tak adil terhadap kakak beradik se-ayah se-ibu ini. Padahal, mereka sama – sama anak kandungnya! Tetapi, Mama selalu lebih perhatian terhadap Kak Jovita. Sedangkan pada Nadine, Mama tak pernah memberi perhatian yang cukup. Nadine diperlakukan layaknya anak tiri.
Ini terjadi sejak 4 tahun silam. Sejak Papa Nadine meninggal karena kecelakaan. Saat itu Nadine masih berusia 5 tahun. Papa Nadine sangat sayang pada Nadine. Hingga suatu malam ketika hujan deras mengguyur kotanya, Nadine sakit dan harus dibawa ke dokter. Papa Nadine membawa Nadine ke rumah sakit dengan mobil berkecepatan tinggi. Ia khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada Nadine. Ketika papa menoleh melihat keadaan Nadine, Truk besar yang juga melaju kencang berada di depan mobil Papa. Papa berusaha menghindar. Mobil kehilangan kendali dan akhirnya terjadi kecelakaan. Nadine berhasil diselamatkan dalam kecelakaan ini. Namun, Papa Nadine meninggal dunia ketika dibawa ke rumah sakit.
Sejak kejadian ini, Mama begitu benci melihat Nadine. Mama selalu teringat kejadian menyedihkan 4 tahun silam.
***
 Dari kejauhan Nadine melihat Asha sahabatnya dengan Ibu Asha di depan gerbang sekolah.
“Sayang. Belajar yang rajin ya. Yang pinter. Jangan nakal loh.” Ucap Ibu Asha sambil membelai rambut Asha dengan lembut dan senyum kehangatan.
“Iya Ma. Pasti. Kan aku sudah besar. Sudah ya Ma. Aku masuk dulu. Nanti aku terlambat nih.” Ucap Asha.
“Iihh.. kamu masih kecil sayang..” sambil mencubit hidung Asha. “Ya sudah sana masuk. Hati – hati ya sayang.” Mama mencium kening Asha.
“Dah Ma.”
Asha yang sudah melihat Nadine sejak tadi, segera menghampiri sahabatnya itu. Dan mereka masuk ke kelas bersama.
“Asha! Enak ya jadi kamu. Mama kamu baik banget. Sayang sama kamu, perhatian. Aku pengen punya mama kayak Mama kamu.” Ucap Nadine tiba – tiba.
“Memangnya, Mama kamu nggak sayang sama kamu Nadine?” tanya Asha pada Nadine.
“Mmm.. Sayang kog. Tapi..”
“Tapi apa?”
“Tapi Mama lebih sayang Kak Jovita.”
Asha diam. Dan tersenyum. “Kamu bisa anggap Mama aku sebagai Mama kamu juga.”
“Beneran? Makasih ya Asha! Kamu emang sahabat aku yang paling baik!” ucap Nadine senang.
 “Pulang sekolah nanti main ke rumahku yuk.”
“Mmm.. gimana yah? Aku takut dimarahin Mama.”
“Sebentar aja kog. Aku nggak punya temen di rumah. Mau yah Pliiss..”
“Iya deh.”
Sepulang sekolah, Nadine langsung ke rumah Asha. Di sana mereka bermain bersama. Nadine terlihat bahagia.
Hingga tak terasa hari sudah mulai gelap. Nadine pulang ke rumahnya diantar oleh Mama Asha.
Nadine masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu terlihat Mama sedang duduk sambil melipat tangan di dadanya. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang tidak mengenakkan. Mama terlihat kesal. Tidak kesal lagi, melainkan Mama terlihat akan marah besar.
Mama berdiri dan menghampiri Nadine.
“Kamu tau ini sudah malam?! Sudah jam berapa ini?! Kamu baru pulang?! Dasar anak tidak tau diri! Tidak tau diuntung! Pulang sekolah bukannya ke rumah, malah kelayapan!” bentak Mama sambil menjewer telinga Nadine.
“Ampun Ma.. ampun, ampun Ma.. Nadine gak kelayapan Ma. Nadine cuman pengen main ke rumah Asha. Hiks hiks.” Ucap Nadine meminta ampun sambil menangis.
“Masih berani mengelak ternyata. Dasar anak pembawa sial!”
“Huwee...!! huhuhu.. ampun Ma ampun.. Nadine janji Ma nggak akan ngulangin lagi.”
“Sudah sana masuk kamar!” ucap Mama sambil mendorong Nadine dengan kasar. “Kalau kamu masih berani mengulangi ini lagi! Mama nggak akan kasih ampun ke kamu! Ngerti?!”
“Ngerti Ma..”
Nadine berjalan ke kamarnya. Di kamar ia menangis sekencang – kencangnya. Namun, ia mencoba menahan suara tangisnya. Ia takut kemarahan Mamanya semakin menjadi – jadi.
Tak lama, terdengar bel berbunyi. Kak Jovita pulang. Nadine beranjak dari tempat tidur. Ia membuka pintu kamarnya sedikit. Melihat kakaknya sedang disambut senyum Mama yang penuh kehangatan dan kasih sayang tanpa kemarahan, kejengkalan, dan kebencian. Mama menyambut Kak Jovita dengan senang. Dengan ketulusan. Dengan kehangatan senyum yang selalu didambakan Nadine.
Nadine kembali meneteskan air mata tanpa sadar. Pipi mungilnya itu basah seketika. Ia ingin seperti kakaknya, Kak Jovita!
***
“Ma! Lihat nilaiku bagus kan?” ucap Kak Jovita sambil menunjukkan kertas ujiannya.
“Wah! Iya, hebat anak mama. Mama bangga sama kamu sayang.” Ucap Mama kepada Kak Jovita.
Kak Jovita tersenyum lebar. Mamapun begitu. Mereka berpelukan.
Dari jauh, Nadine melihat ini. Nadine ingin membuat Mama bangga padanya.
Aku juga ingin Mama bangga sama aku. Kalau Mama bangga liat nilai Kak Jovita yang bagus. Berarti Mama juga akan bangga kalau nilai ujianku bagus. Aku harus rajin belajar! Supaya nilai ujianku bagus. Dan Mama bangga. Mungkin setelah itu Mama akan berubah menjadi sayang sama aku.
***
Sejak kejadian itu. Nadine memang benar – benar belajar dengan sungguh – sungguh. Hingga suatu hari, ia ujian. Dan nilainya sungguh sangat sempurna. Sepulangnya setelah ia mendapat hasil ujian itu. Ia pulang dengan senyum lebar.
Di ruang keluarga, terlihat Mama sedang membaca majalah dengan santai. Nadine menghampiri Mama.
“Mama..” ucap Nadine perlahan. Namun, Mama tak menjawab. Lalu Nadine melanjutkan. “Ma, Nadine hanya ingin menunjukkan sesuatu pada Mama.” Nadhine mengulurkan kertas ujiannya.
“Apa itu?” tanya Mama ketus tanpa kasih sayang sedikitpun.
“Ini.. kertas ujianku Ma. Aku mendapat nilai sempurna. Dan aku ingin Mama tau.” Mama diam tanpa respon apapun, dan tetap membaca majalah. “Ma.. Nadine mohon, lihatlah Ma. Nadine hanya ingin Mama bangga pada Nadine. Seperti halnya Mama bangga pada Kak Jovita.”
Saat itu, Kak Jovita sedang hendak ke dapur dan mendengar namanya disebut, Kak Jovita menghentikan langkahnya. Dan melihat ke arah Nadine dan Mama berada.
“Ma. Nadine mohon..” Mama tetap terdiam.
“Ma. Nadine hanya ingin diperlakukan sama di rumah ini. Nadine juga ingin seperti Kakak! Nadine ingin disayang Mama.... Mama lebih sayang Kakak. Mama tak pernah marah pada Kak Jovita. Tak pernah jengkel. Sedangkan pada Nadine... Mama selalu marah, jengkel, benci, dan nggak pernah memberi perhatian pada Nadine. Nadine juga butuh perhatian Mama.. Apalagi... Nadine masih kecil Ma! Nadine masih anak – anak yang butuh kasih sayang orang tuanya.. Apa Mama benci Nadine karna Papa meninggal karena Nadine?”
Dari kejauhan Kak Jovita menangis.
“Jangan coba – coba kamu sebut lagi kata – kata Papa!” sentak Mama.
“Jawab Ma.. Apa iya? Apa itu penyebabnya Mama begitu membenci Nadine selama ini?” Nadine menangis terisak – isak.
“Iya! Kalau iya memang kenapa? Setiap Mama melihatmu, Mama selalu teringat Papamu Nadine..! Kamu begitu mirip dengan Papamu. Puas kamu?”
“Belum Ma. Nadine belum puas. Nadine akan puas kalau Mama sayang, perhatian sama Nadine. Dan Mama bilang ke Nadine Mama Sayang Nadine.”
“Mau kamu apa? Dasar anak pembawa sial!” Mama menampar Nadine dengan keras.
Hingga Nadine menangis kencang. Bersamaan Kak Jovita berteriak “Mama?!”
Nadine berlari kencang keluar rumah.
“Apa yang Mama lakukan? Nadine masih kecil Ma! Semua yang dia katakan itu benar. Nadine anak yang hebat Ma! Nadine sekecil itu bisa punya pikiran yang luar biasa. Harusnya Mama bangga punya anak seperti Nadine!” Ucap Kak Jovita kesal dan segera berlari menyusul Nadine.
Mama tersentuh omongan Kak Jovita. Mama merasa bersalah. “Nadine..” Akhirnya Mama juga menyusul Nadine.
Saat Nadine menyebrang jalan raya ia tak melihat kiri kanan. Hingga ada mobil yang sedang melaju ia tak sadar.
“Nadine awas !!!” Kak Jovita berteriak kencang.
“Aaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!”
Nadine tertabrak mobil. Badannya terkepar di jalan. Darah mengalir di kepalanya.
“Nadine!!!!!!!!!!!!!!” teriak Kak Jovita syok melihat Nadine tertabrak mobil.
Sang pengemudi segera keluar dari mobil. Banyak orang berlarian menghampiri. Mama datang. Mama kaget dan menangis di sana.
“Nadine.. maffkan Mama sayang..”
Sang pengemudi yang menabrak meminta maaf dan seger membantu mengantar Nadine ke rumah sakit.
Tubuh Nadine terkulai lemas di ruang UGD. Mama menangis menyesali perbuatannya selama ini. Kak Jovita pun merasa bersalah.
Seharusnya sebagai kakak yang baik aku harus bisa menjaga adikku. Bukannya bahagia sendiri di atas penderitaan adikku.. dan seharusnya aku menyadari perasaannya selama ini..
***
Di kamar inap Nadine. Nadine sadar. Jemarinya bergerak perlahan. Matanya mulai terbuka perlahan. Kak Jovita yang melihat ini, segera memberi tahu Mama. Mama dan Kak Jovita mendekat ke Nadine. Ketika mata Nadine terbuka, yang pertama kali ia lihat adalah Mama.
“Nadine.. kamu sadar?” ucap Mama.
“Nadine..” ucap Kak Jovita.
“Nadine ada dimana?” tanya Nadine kebingungan sambil melihat kiri kanan.
“Kamu ada di rumah sakit sayang.. Kamu mengalami kecelakaaan.”
“Mama..” ucap Nadine lirih. Ia setengah kaget dan senang.
“Mama sayang Nadine.” Ucap Mama tersenyum dan meneteskan air mata.
“Aku juga Sayang Mama..” ucap Nadine. Nadine menutup matanya. Itulah kata  kata terakhir yang ia ucapkan. Sebelum ia tiada di dunia ini.
“Nadine!!!!!!!!” ucap Mama dan Kak Jovita bersamaan.
Mama memeluk Nadine erat – erat.
Kini, Nadine bahagia di surga sana. Karena ia telah mendengar kata – kata “Mama Sayang Nadine” dari Mamanya.
Dan ia telah mendapatkan keinginannya selama ini yaitu ingin seperti Kakaknya, Kak Jovita.


~TAMAT~


Gimana? udah baca? bagus gak? -jelek- haha -_-

Sekian dan Terima Kasih :)
Sampai Jumpa Lagi!

see you pai pai