Selasa, 25 Juni 2013

Kerajaan Majapahit




Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu di Indonesia. Kerajaan Majapahit terletak di hutan Tarik dekat delta sungai Berantas, Mojokerto, Jawa Timur.
Berdirinya Kerajaan Majapahit
Setelah Raja Kertanegara gugur dalam peristiwa penyerangan Raja Jayakatwang (Raja Kediri), berakhirlah riwayat Kerajaan Singasari. Raja Kertanegara beserta petinggi kerajaan lainnya tewas dalam penyerangan tersebut. Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara) segera melarikan diri ke Sumenep, Madura, dan mendapat perlindungan dari Arya Wiraraja, penguasa Sumenep. Atas anjuran Arya Wiraraja, Raden Wijaya berpura-pura tunduk kepada Jayakatwang, sambil meminta sedikit daerah untuk tempat berdiam. Jayakatwang yang tidak berprasangka apa-apa mengabulkan permintaan Raden Wijaya. Sang Raden diijinkan membuka Hutan Tarik. Dengan bantuan sisa-sisa tentaranya dan pasukan Madura, ia membersihkan hutan itu sehingga layak ditempati. Pada saat saat itu, seorang tentara yang haus mencoba memakan buah Maja yang banyak terdapat pada tempat itu dan menemukan bahwa ternyata rasanya pahit. Sejak itu, daerah tersebut diberi nama "Majapahit".
Pada tahun 1293 M, Raden Wijaya naik tahta menjadi Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardana.
Sumber Sejarah
1)    Prasasti Butok (1244 tahun). Prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya setelah ia berhasil naik tahta kerajaan. Prasasti ini memuat peristiwa keruntuhan kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan.
2)    Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama, kedua kidung ini menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit.
3)    Kitab Pararaton, menceritakan tentang pemerintahan raja – raja Singasari dan Majapahit.
4)    Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca, menceritakan tentang perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
5)    Kitab Sutasoma karya Empu Tantular di dalamnya terdapat kalimat – kalimat Bhinneka Tunggal Ika.
6)    Berita Cina merupakan uraian perjalanan Ma-Huan yang dimuat dalam buku Ying Yai Shing-Lan, menceritakan keadaan rakyat pada masa terakhir Kerajaan Majapahit.
7)    Catatan yang berasal dari Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.
Raja – raja Kerajaan Majapahit
1)    Raden Wijaya (1293 – 1309)
Raden Wijaya (atau dikenal dengan Nararya Sanggramawijaya) adalah seorang keturunan penguasa Singasari. Merupakan pendiri kerajaan Majapahit. Bergelar Kertarajasa Jayawardana. Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan bijaksana.
Asal usul
Raden Wijaya adalah anak dari Rakeyan Jayadarma, raja ke 26 dari Kerajaan Sunda Galuh , dan Dyah Lembu Tal, seorang putri Singhasari.
Dyah Lembu Tal / Dyah Singhamurti
Ken Arok, raja pertama (1222-1227) Singhasari menikahi Ken Dedes, dan memiliki anak: Mahesa Wong Ateleng. Lalu ia memiliki anak: Mahesa Cempaka yang bergelar Narasinghamurti. Kemudian memiliki putri: Dyah Lembu Tal diberi gelar Dyah Singhamurti.
Rakeyan Jayadarma
Ia adalah raja ke-26 Kerajaan Sunda Galuh, anak dari Prabu Guru Dharmasiksa, raja ke-25 dari Kerajaan Sunda Galuh.
Setelah Rakeyan Jayadarma diracun oleh salah seorang bawahannya, dan tewas, Dyah Lembu Tal kembali ke Singhasari bersama Raden Wijaya. Raden Wijaya seharusnya menjadi raja ke 27 Kerajaan Sunda Galuh. Sebaliknya, ia mendirikan Majapahit di tahun 1293, setelah tewasnya raja Kertanegara, raja Singhasari terakhir, yang merupakan mertuanya, dan juga sepupu ibunya.
Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut sebagai Jaka Susuruh dari Pajajaran. Ia dibesarkan di lingkungan kerajaan Singhasari.
Keluarga
Raden Wijaya kemudian menikah dengan empat puteri dari raja Kertanagara, yaitu: Tribuaneswari (Sri Parameswari Dyah Dewi Tribuaneswari), Narendraduhita (Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita), Pradnya Paramita (Sri Jayendra Dyah Dewi Pradnya Paramita), Gayatri (Sri Jayendra Dyah Dewi Gayatri) dan juga menikahi Dara Petak yang merupakan putri dari Raja Mauliwarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya.
Masa kekuasaan
Susunan pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singasari. Pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit. Aryawiraraja yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur meliputi daerah Lumajang, Blambangan.
Nambi (putera Arya Wiraraja) diangkat menjadi patih (perdana menteri), Ranggalawe diangkat sebagai Adipati Tuban, dan Sora menjadi penguasa Dhaha (Kadiri). Dijadikannya Nambi sebagai patih membuat Ranggalawe tidak puas, karena ia merasa lebih berhak. Tahun 1295 Ranggalawe mengadakan pemberontakan, namun dapat dipadamkan.
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 M dengan meninggalkan 3 orang anak. 2 orang anak perempuan dari Gayatri, yaitu Brhe Kahuripan dan Bhre Daha, dan satu anak laki – laki dari Prameswari, yaitu Jayanegara. Setelah Raden Wijaya meninggal, digantikan oleh Jayanegara.

2)    Jayanegara (1309 – 1328)
Raden Wijaya digantikan oleh putranya, Kalagemet. Kalagemet adalah putra Raden Wijaya dan Putri Melayu, Dara Petak. Setelah menjadi raja, Kalagemet bergelar Sri Jayanegara. Pada masa pemerintaha Jayanegara, sering terjadi pemberontakan. Antara lain pemberontakan Ranggalawe (1309 M), pemberontakan Sora (1311 M), pemberontakan Nambi (1316), dan pemberontakan Kuti (1319 M).
Pemberontakan yang paling berbahaya ialah pemberontakan yang dipimpin oleh Kuti tahun 1319 M. Pada awalnya, Kuti adalah seorang Dharmaputera, yaitu pejabat kerajaan yang bertugas mempertahankan kelangsungan mahkota Kerajaan Majapahit.
Di bawah pimpinan Gajah Mada, pasukan Majapahit berhasil menumpas pemberontakan Kuti. Atas keahliannya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih di Kahuripan dan kemudian diangkat menjadi Patih di Daha.
Pada tahun 1328 M, Raja Jayanegara wafat tanpa meninggalkan seorang putra.

3)    Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani (1328 – 1350)
Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu yang seharusnya menjadi raja adalah Gayatri. Tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu maka digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribuwana Tunggadewi, yang dibantu oleh suaminya yang bernama Kartawardhana.
Pada tahun 1331 timbul pemberontakan yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat Patih Daha. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit menggantikan Arya Tadah. Gajah Mada kemudian berusaha menunjukkan kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh Mpu Nala dan Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa. Dalam Sumpah Palapa itu tersirat  cita – cita Gajah Mada mempersatukan Nusantara. Isi dari amukti palapa adalah sebagai berikut : ”Lamun luwas kalah nusantara isum amakti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana sun amukti palapa”. Kemudian Gajah Mada melakukan penaklukan-penaklukan.
Untuk mewujudkan cita – cita itu, Gajah Mada membangun armada laut. Karena memiliki angkatan laut yang kuat, Kerajaan Majapahit dikenal sebagai Kerajaan Maritim. Armada laut Majapahit dipimpin oleh Mpu Nala. Dengan armada yang kuat, Majapahit berhasil menaklukan Dompo pada tahun 1340 dan Bali pada tahun 1343.

4)    Hayam Wuruk (1334 – 1389)
Rajapatni (Gayatri) wafat pada tahun 1350. Setelah ibundanya wafat, Ratu Tribuwanatunggadewi menyerahkan tahta Majapahit kepada putranya, Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan bergelar Sri Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Selain berkembang menjadi kerajaan maritim yang besar, Majapahit juga menjadi  kerajaan Agraris yang maju. Hayam Wuruk membangun waduk dan saluran irigasi untuk mengairi lahan pertanian. Beberapa jalan dan jembatan penyebrangan juga dibangun untuk mempermudah lalu lintas antar daerah.
Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tettangga. Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham dan akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga gugur, putri Sunda bunuh diri.
Gajah Mada meninggal dunia pada tahun 1364 M. Setelah meninggalnya Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mengalami kesulitan untuk mencari penggantinya. Sejak saat itu, Majapahit sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Keadaan Majapahit semakin tidak menentu setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk pada tahun 1389 M.

5)    Kusumawardhani – Wirakramawardhana (1389 – 1429)
Kusumawardhani yang bersuamikan Wirakramawardhana. Wirakramawardhanalah yang memimpin Majapahit tahun 1389 – 1429. Bhre Wirabumi (anak selir Hayam Wuruk) diberi kekuasaan di Blambangan. Menurut Bhre Wirabumi, dirinya yang berhak menjadi raja di Majapahit.
Pada tahun 1401 – 1406 terjadi perang saudara di Paregreg. Bhre Wirabumi terbunuh dalam perang itu.
Wikramawardhana meninggal tahun 1429, pemerintahan raja-raja berikutnya berturut-turut adalah Suhita (1426 – 1447), Bhre Tumapel Kertawijaya (1447 - 1551), Bhre Pamotan /Sri Rajasa Wardhana (1451 – 1453), Purwawisesa/Girishawardhana (1456 – 1466), dan Brawijaya V/Bhre Kertabumi (1468 – 1478), yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.
Kejayaan Majapahit
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Kemunduran Kerajaan Majapahit
1)    Perang Saudara
2)    Tidak adanya lagi tokoh kuat di Majapahit seperti Gajah Mada dan Hayam Wuruk.
3)    Masuknya Agama Islam
Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan negara perdagangan. Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor :
1.     Lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi.
2.     Pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku.
Peninggalan – peninggalan Kerajaan Majapahit
a.     Candi, yaitu:
1.     Candi Penataran di Blitar
2.    Candi Tegalwangi di Trowulan
3.      Candi Tikus di Trowulan 
 
4.     Candi Sawentar di Blitar
5.     Candi Sumberjati di Blitar
6.     Candi Tigawangi di dekat Pare, Kediri
7.     Candi Jabung di dekat Kraksaan, Probolinggo
8.     Candi Sumberjati di Blitar
9.     Candi Surawana di dekat Pare, Kediri
          10.        Candi Brahu di desa Bejijiong 
 
b.     Sastra Zaman Majapahit Awal
1.     Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca
2.     Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular
3.     Kitab Arjunawiwaha karangan Empu Tantular
4.     Kitab Kunjarakarna
5.     Kitab Parhayajna
c.      Sastra Zaman Majapahit Akhir
1.     Kitab Prapanca, isinya menceritakan raja-raja Singasari dan Majapahit.
2.     Kitab Sundayana, isinya tentang peristiwa BubatKitab Sarandaka, isinya tentang pemberontakan sora.
3.     Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe Panjiwijayakrama, isinya menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja.
4.     Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar, pemindahan Keraton Majapahit ke Gelgel dan penumpasan raja raksasa bernama Maya Denawa.
5.     Kitab Usana Bali, isinya tentang kekacauan di Pulau Bali.