btw.. penasaran gak sih?
oke deh,
cekidot
Aina tumbuh menjadi
gadis remaja yang amat cantik. Usianya akan segera menginjak 17 tahun. Di ulang
tahunnya di usia 17 tahun ini, ia meminta kado spesial dari Ibu-nya. Ia ingin
bisa pergi ke Kanada. Dan permintaan itu benar – benar akan dikabulkan Ibu-nya.
Mimpinya sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Tapi, itu semua tidak menghapus rasa
sakit di hatinya. Tidak mendapat kabar dari Rijal –sahabat kecilnya– selama 12 tahun. Ini membuat sesak
dalam dadanya. Inilah cobaan yang benar – benar dapat membuatnya menangis
hampir tiap ia mengingat kenangannya bersama Rijal. Menatap dengan mata sembab
kalung di tangannya adalah kebiasaan buruknya. Mungkin itu memang tidak buruk
di keadaan yang seperti ini.
Sedangkan Rijal, Rijal
kini masih ada di Afrika Selatan. Tanpa memberi kabar sahabat kecilnya di
Indonesia. Kabarnya, Rijal akan pindah ke Kanada untuk melanjutkan kuliah di
sana. Hanya kabar itu yang didengar oleh Aina. Sedikit rasa senang yang ada
mendengar sedikit kabar dari Rijal. Kabarnya pun tanpa ada keterangan yang
jelas. Kebimbangan hati selalu dirasakan Aina saat ini.
***
Sudah hampir 12 tahun
Rijal tidak menginjakkan kaki di Indonesia lagi. Untuk tahun ini Rijal akan
pergi meninggalkan Affrika Selatan. Tapi, tidak untuk ke Indonesia. Melainkan
ia akan melanjutkan kuliahnya di Kanada. Akhir – akhir ini ia lebih menggemari
dunia perfilm-an. Jadi, lebih baik dia kuliah di Kanada yang terkenal dengan
tempat paling tepat untuk menempuh study
di bidang film.
Kehidupan Rijal disana
sepertinya membuatnya semakin sibuk hingga tak sempat memberi kabar sahabat
kecilnya di Indonesia. Yah, memang benar ia mempunyai kegiatan baru bersama
alam. Menjajahi setiap sudut Afrika Selatan. Tentu ini tak kan terlewatkan.
Negara yang penuh pemandangan menakjubkan, satwa liar yang menarik, pantai yang
luar biasa dan beragam budaya. Apalagi, Afrika Selatan adalah salah satu
pilihan utama pelancong dari seluruh dunia. Menjelajahi Afrika Selatan adalah
cara lain untuk menemukan apa yang Alam tawarkan kepada penghuninya. Ada kota
yang indah Cape Town, atau habitat beragam satwa liar di Taman Nasional Kruger,
atau Table Mountain fenomenal.
Pagi ini pun Rijal
sudah bersiap untuk menjelajahi kota Cape Town. Ranselnya sudah penuh dengan
barang yang ia perlukan nanti. Rijal mencoba mengecek kembali isi ranselnya.
Ternyata ia tak menjumpai jaket hoodie
kesayangannya. Rijal melangkah ke almari di kamarnya. Mencoba mencari hoodie kesayangannya itu. Ia meraba ke
dalam barangkali terselip. Lalu, ia merasakan ada sesuatu yang panjang dan
sepertinya berantai. Ia berusaha meraih benda itu. Setelah berhasil
mengeluarkan benda itu dari almari, ia tercengang melihat apa yang ia dapat.
Sebuah kalung berwarna perak dengan mainan berbentuk hati. Ternyata mainan itu
dapat dibuka. Ia membukanya dan melihat dua buah foto berdampingan di sana. Air
matanya mulai menetes membasahi pipinya. Sadar ia menangis, segeralah ia
menghapus air matanya itu. Masa lalu kembali terngiang di ingatannya.
***
Tak terasa 2 minggu
lagi hari ulang tahun Aina akan segera tiba. Aina menyingkap gorden jendela
kamarnya yang ada di lantai1. Melihat matahari menerangi seisi kamarnya, senyum
simpulnya terlukis. Dari jendela ia melihat ibunya sedang menyapu halaman
rumah. Tanpa berpikir lama ia segera berlari keluar kamar dan menghampiri
ibunya.
“Ibu! Ibu, 2 minggu
lagi hari ulang tahunku yang ke-17 loh. Ibu ingat tidak? Pasti ingat kan Bu
dengan janji Ibu.”
Ibu hanya tersenyum tipis
dan menjawab “Iya sayang. Ibu tidak akan lupa dengan janji Ibu. Setelah Ayah
pulang nanti, Ibu akan coba bicara dengan ayahmu.”
“Yeay! Terima kasih
Ibu. Ibu memang yang paling baik di dunia ini.” Aina tersenyum senang mendengar
jawaban Ibunya dan spontan memeluk Ibunya. “Kenapa Ibu terus tertawa seperti
itu?”tanya Aina bingung melihat Ibunya terus tertawa tak henti meski terus
menocba menahan tawa.
“Bagaimana Ibu tidak
tertawa? Lihatlah dirimu sayang.” Ibu merapikan rambut Aina yang berantakan
dengan tangan lembutnya. Aina meringis.
Aina segera
membersihkan dirinya dengan cepat. Ia harus segera pergi ke sekolah. Sahabat –
sahabatnya pasti sudah menunggunya di sekolah. Sahabat lelakinya bernama Afnan
saja sudah menunggu Aina di depan rumah. Ini rutin dilakukan Afnan setiap
harinya. Seorang laki – laki tampan, tinggi, dan putih ini seseorang yang
populer di sekolah. Sangat beruntung menjadi seorang Aina dapat bersahabat
dengannya.
Rambut panjang dan
lembut Aina dibiarkan tergerai dengan bandana cantik berwarna merah muda
menambah aura mengesankan. Tas merah mudanya sudah ada di tangannya. Ia sudah
siap untuk segera berangkat ke sekolah. Sekarang ini Aina sedang duduk di
bangku SMA kelas 3. Tak lama setelah hari ulang tahunnya, ia akan lulus dan
segera duduk di bangku kuliah.
“Afnan maaf ya
nunggunya kelamaan. Hehe.” Aina menggaruk kepalanya meski tak terasa gatal
sedikitpun.
“Iya nggak apa – apa.
Sudah ayo naik, nanti telat lagi.”
“Oke!”
“Tante, berangkat dulu
ya.”
Sampai di sekolah Aina
disambut oleh sahabat – sahabatnya. Alisha, Nadine,dan Steve bersorak. Apa
mereka tidak bosan melakukan hal ini setiap hari? Apalagi dengan menggoda
sahabatnya sendiri.
“Cie makin lengket aja
nih. Hehehe.” Steve menyenggol siku Afnan. Steve tipe cowok periang dan
humoris. Berbeda dengan Afnan, cowok yang sedikit serius. Tak mengherankan ia
menjadi pemimpin yel – yel kelasnya. Rambutnya bagian depan yang digaya berdiri
dan diberi gel membuat gayanya
terlihat semakin cool. Mungkin ini
yang membuatnya digilai para cewek hampir di seluruh pelosok negeri. Tidak,
tapi hanya di sekolah ini saja. Dia juga mudah bergaul dengan siapa saja. Tanpa
pilih – pilih siapa dia, dari mana asalnya.
“Kenapa nggak jadian
aja sih kalian ini?” giliran Nadine yang angkat bicara. Nadine salah satu yang
paling modis dalam bergaya pakaian diantara sahabat Aina. Ia juga primadona
sekolah. Banyak anak lelaki yang ingin menjadi pacarnya. Nadine, sahabat yang
selalu mendorong Afnan dan Aina untuk berpacaran. Padahal mereka kan
bersahabat.
Alisha, anak paling
pendiam di antara sahabat Aina. Tidak pernah berkomentar tentang hubungan Aina
dan Afnan. Dia berhijab dan paling alim pula di antara sahabat – sahabatnya.
Seseorang yang selalu memberi petuah – petuah bermanfaat untuk sahabatnya.
Afnan langsung angkat
bicara. Mengajak sahabatnya untuk segera masuk ke dalam kelas. Memang, bel
masuk sebentar lagi akan berbunyi. Ya tentu, semua sahabatnya menyetujuinya.
Dan langsung segera mengambil langkah pertama mereka. Tiba – tiba Afnan meraih
tangan Aina yang sedang berjalan di sampingnya sedari tadi. Aina menghentikan
langkah, memandang Afnan dengan pandangan bingung. Afnan mengedipkan sebelah
matanya. Sungguh terlihat semakin tampan. Aina juga mengakui hal itu. Aina
hanya tersenyum tipis, lalu melanjutkan langkahnya.
“Bandana pink-mu bagus. Cocok untukmu. Kamu
terlihat semakin cantik memakainya.” Afnan tiba – tiba saja berbicara seperti
itu saat berjalan menuju kelas dengan setengah berbisik ke Aina.
“Terimakasih.” Aina
memandang Afnan, tersenyum tipis mendengar perkataan manis Afnan. “Ini hadiah
dari kakekku di desa.”
“Oh.” Jawaban singkat
Afnan dengan mulutnya berbentuk huruf gua sambil menganggukkan kepalanya.
Sampai di kelas, semua
duduk di bangku masing – masing. Aina duduk bersebelahan dengan Alisha di depan
Nadine dan Cantika. Cantika teman dekat mereka juga. Tapi sayangnya, ia juga
berteman baik dengan Trisha, salah satu musuh bebuyutan Aina sejak masih SMP.
Sejarahnya dulu, Aina
dan Trisha bersahabat baik. Namun sayang, Trisha menghianati kepercayaan Aina.
Ia merebut pacar Aina yang bernama Kak Endra – kakak kelas Aina di SMP. Mengadu
domba Aina dan Kak Endra, hingga mereka putus. Semenjak Aina tau penyebabnya
adalah Trisha, Aina sudah tidak mau lagi untuk bersahabat dengannya. Trisha
tidak hanya merebut pacar Aina, apapun yang Aina miliki serasa ingin dimiliki
pula olehnya. Bahkan, sepertinya Trisha tak ingin Aina mendapat kebahagiaan. Sekarang
ini saja, melihat Afnan dekat dengan Aina, Trisha terlihat seperti tidak
senang. Dan ingin merebut kepercayaan Afnan dari Aina.
Afnan yang duduk
bersebelahan dengan Steve berdiri, berjalan ke tempat Aina. Ia membungkukkan
badan dan mendekatkan kepalanya ke kepala Aina.
“Aina, jam istirahat
nanti bisa bicara bentar nggak?” tanya Afnan membuat Aina sedikit terkejut
karena sudah berada di sampingnya. Sontak, Aina menoleh. Aina bertambah kaget
saat melihat Afnan sudah berada di sampingnya dengan jarak sedekat itu. Matanya
bertemu dengan mata Afnan yang jaraknya sangat dekat. Aina tertegun menatap
Afnan sedekat ini. Ia menyingkapkan rambutnya ke belakang telinga. Dalam waktu
lama menatap mata Afnan, Aina hampir tenggelam dalam tatapan mata Afnan yang
dapat membuat meleleh hati setiap wanita yang melihatnya sedekat ini.
Untungnya, Afnan langsung membuka mulutnya dan memecah keheningan di antara
mereka.
“Aina? Bagaimana?
Bisa?”
“Hah? Apanya yang bisa?
Maaf ya tadi nggak dengar, habis kaget kamu sudah ada di samping aku Nan.” ucap
Aina sedikit gelagapan.
“Jam istirahat nanti
bisa bicara bentar nggak? Bentar aja Ni.”
“Kenapa nggak sekarang
aja Nan? Kan bisa?”
“Nggak. Nanti aja
sambil aku mau nunjukin sesuatu ke kamu. Please..”
“Okay.” Jawab Aina
singkat.
Ternyata sedari tadi
Trisha sudah melihat Afnan dan Aina. Hati Trisha terasa semakin panas, hingga
hampir saja meledak. Trisha menyimpan hati pada Afnan. Jadi, tidak heran jika
api cemburu sangat cepat hadir saat melihat Afnan dan Aina tadi. Trisha juga
tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua. Meski dalam jarak yang jauh,
entah kenapa bisa terdengar. Trisha memang yang paling andal dalam hal
menguping, memang sudah sangat berpengalaman. Trisha serasa ingin menggagalkan
rencana mereka bertemu berdua di jam istirahat nanti. Dan ia memang mendapatkan
rencana untuk mengagalkan itu.
Trisha memanggil
Cantika. Cantika langsung datang ke tempatnya. Trisha sedang mengatakan sesuatu
hal yang rahasia padanya, rencana mengagalkan Afnan dan Aina bertemu.
Setelahnya, Cantika melangkah pergi dan menghampiri Steve. Mengatakan sesuatu
yang sepertinya benar – benar penting.
Saat jam istirahat
telah tiba, Afnan dan Aina pergi keluar kelas bersama. Tetapi langkah mereka
harus terhenti saat Steve memanggil mereka berdua.
“Afnan! Aina! Mau
kemana kalian? Ayo ikut aku, Cantika akan mentraktir kita makan hari ini!”
Steve terdengar berseru, setiap sudut pasti dapat mendengarnya. Steve berlari
menghampiri Aina dan Afnan. “Ayo kawan.” Steve merangkul temannya Afnan itu.
“Ada acara apa dia
mentraktir kita Steve?” tanya Afnan dengan alis sebelah kirinya terangkat
“Kakakku ulang tahun
hari ini. Dia memberiku uang dan menyuruhku untuk mentraktir temanku makan di
kantin hari ini.” Jawab Cantika yang datang melangkah pelan.
“Kenapa kamu hanya
mentraktir kami? Kenapa bukan geng-mu,
si Trisha?” Aina bertanya dengan gaya yang tidak bersahabat.
“Tidak. Mereka tidak
suka kalau aku mentraktir mereka. Aku sudah mencoba mengajak mereka. Tapi,
mereka tidak mau. Ya sudah, aku mengajak kalian saja. Kalian kan teman dekat
ke-2 ku setelah Trisha. Tolong, mau ya.. aku tidak mau mengecewakan kakakku.”
Sifat dasar Aina yang
baik, tidak mungkin tega pada temannya sendiri yang tidak ingin mengecewakan
amanat kakaknya. Jadi, dia mau untuk pergi makan bersama Cantika di kantin hari
ini. Ada rasa kecewa pada Afnan. Karena rencananya untuk bicara berdua dengan Aina
telah gagal. Tapi, itu tidak mengurungkan niatnya. Afnan mengajak kembali Aina
sore hari ini pergi bersamanya, dengan alasan hang out bersama sahabat yang lain. Meski kenyataannya tidak. Jika
tidak berbohong seperti itu, Aina tidak akan mau bertemu dengan Afnan sore
nanti.
***
Gimana? udah selesai bacanya? jelek ya? makasih. aku terima apapun pendapatmu kawan.
lanjut? oke..
Byee.. see you